Mohon tunggu...
Neiy Foenale
Neiy Foenale Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just wanna care how to pleasant my God and my people around

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Untuk Apa Agama bagimu Indonesia???

28 April 2014   16:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama pada dasarnya selalu mengajarkan kebaikan kepada setiap umatnya. Tidak ada tentunya agama yang membenarkan seseorang untuk membunuh atau melakukan kesalahan. Semuanya, pada dasarnya memiliki satu tujuan, mengarahkan umatnya ke dalam pola kehidupan yang baik dan benar.

Indonesia adalah Negara yang sangat menjunjung tinggi keberadaan agama. Mengapa demikian? Lihat saja beberapa kasus yang pernah terjadi di Negeri ini terkait agama, betapa sekelompok agama akan murka jika sekelompok yang lain menyepelekan agamanya. Sangkin dijunjung tinggi, agama selalu dijadikan tameng untuk tujuan sekelompok orang. Untuk menjatuhkan lawan politik misalnya, agama juga cukup berhasil dijadikan sebagai senjata. Bahkan dalam sektor pendidikan, dunia kerja, keagamaan seseorang juga menjadi faktor akan seperti apa perlakuan yang diterima seseorang itu.

Melihat kasus-kasus di atas, begitu kah esensi sebuah agama? Saya rasa tidak.

Agama di dalam contoh di atas tak lebih hanya sebuah komoditi. Yah, komoditi.

Meski Indonesia adalah negara yang mengakui keberadaan banyak agama sekaligus, namun praktek yang dilakoni umatnya sangat jauh dari ketentuan masyarakat yang beragama.

Budaya korupsi, Budaya Jam Karet, bukanlah contoh dari masyarakat yang mengerti esensi beragama. Tapi kenyataannya, budaya itu menyebar luas, bahkan nyaris merata dilakukan masyarakat kita. Dimana ketaatan Akan Tuhan yang dijunjung tinggi itu?

Banyak yang berkoar-koar mempermasalahkan orang-orang yang tidak berkeyakinan. Muncul sedikit satu aliran lain, masyarakat langsung berbondong-bondong memprotes keberadaan aliran itu. SESAT, katanya. Tapi yang mengatakan sesat itu, apakah dia sudah menjalankan keyakinannya dengan benar? Sudah kah dia tidak korupsi, tidak jam karet dan lain sebagainya?

Bahkan banyak sekali yang menentang kehidupan free sex yang berlaku di kebanyakan negara di luar Indonesia, tapi pada kenyataannya, setiap hari ada saja terliput, penemuan mayat orok di dalam kardus lah, di kantong plastik lah, di tepi jurang dan lain sebagainya. Tapi menentang? Lalu kenapa ada berita demikian.

Seorang kenalan, yang berprofesi sebagai dosen, sedikit mencurahkan dilemanya sebagai pengajar. Katanya, beliau dilema saat mau mulai menyampaikan materi. Beliau dilema, karena takut ilmu yang disampaikannya itu nantinya hanya akan digunakan untuk hal yang tidak benar oleh mahasiswa-mahasiswinya nanti. Beliau takut, mahasiswa-mahasiswinya ini kelak menjadi seorang pelanggar hukum-koruptor misalnya. Karena jika ketakutan beliau terjadi, maka anggapan beliau, beliau turut andil dalam menjadikan muridnya menjadi koruptor.

Tapi beberapa bulan belakangan ini, beliau selalu mengajak mahasiswa-mahasiswinya berdoa dulu sebelum memulai materi, bahkan di pertengahan sesi pengajaran, beliau berusaha menyisipkan pegajaran-pengajaran moral. Meski tidak selalu nyambung dengan materi, namun cara seperti itu diakui beliau mampu menentramkan dirinya sebagai pengajar.

Bercerita dengan beliau inilah yang mulai mengusik saya, memang sepertinya keberadaan agama di Negeri ini masih sekedar hal yang dijunjung lewat pengakuan lidah yang tidak bertulang itu. Tapi belum sepenuhnya oleh hati dan penerapannya di kehidupan.

Masih kah agama mampu berperan penuh memberikan kebaikan untuk kehidupan berakhlak, bermoral di Negeri ini. Tentu, selama kita mau.

"Takut Akan Tuhan Adalah Permulaan Pengetahuan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun