Seorang kementrian pembangunan datang secara sembunyi - sembunyi bersama dengan beberapa naga, yang katanya mengusai bumi. mereka menghitung lebar tanah, tanpa memperdulikan hutan sebagai pemilik asli dari tanah itu. hutan geram, manusia memang sangat jahat, mengapa mereka tidak meberikan salam terlebih dahulu, padahal setiap diantara kami berjejer berdiri. bahkan manusia tidak ada apa - apanya di banding kami.Â
mereka sangat senang sekali bisa tertawa lepas di tempat ku, ujar hutan. mereka merencanakan sebuah pembangunan - pembangunan besar disini. satu diantara mentri itu membagi - bagi bagian untuk para naga itu. sekian ratus meter milik A, sekian ratus meter milik B, sekian ratus meter milik C, dan seterusnya. hutan sedih mendengar itu, tapi hutan juga sedikit kesal. hutan berfikir, jika hutan akan marah pada siapapun yang bersifat jahat kepadanya. tapi para leluhur hutan melarangnya.Â
Hutan sangat sedih mengingat hari itu, pasalnya hutan masih saja suka untuk melihat elang jawa terbang dari angkasa ke tanah miliknya. macan kumbang yang berlarian mencari - cari rusa, yang padahal para rusa sedang bermain di sungai.Â
tiba pada satu hari, induk elang terbang bersama anak - anaknya, lalu mereka hinggap di sebuah pohon yang tinggi dan menjulang ke angkasa, jika semut yang melihatnya dari bawah.
" hei, elang"Â hutan memanggil induk elang yang sedang berkumpul diatas pohon, dan sontak semuanya melihat ke arah hutan.
" hai hutan, baru kali ini aku berbcara dengan mu. bagaimana kabarmu? "Â ucap induk elang pada hutan.
" baik elang. ya, memang aku jarang sekali untuk berbicara, elang. karna yang aku tahu, ketika alam berbicara, itu adalah hal yang sangat buruk akan terjadi. dan kebetulan aku juga bagian dari alam. "Â ucap hutan pada elang yang membuat elang terkaget mendenagrnya.
" lalu, apakah sekarang kau sedang tidak baik, hutan? "Â elang kembali bertanya pada hutan.
" aku rasa seperti itu elang. elang, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu"Â kembali hutan bertanya pada elang .
" apa itu hutan? " elang menunggu ucapan selanjutnya dari hutan.
" elang, sudah berapa lama kau tinggal di tempatku? "Â hutan bertanya pada elang.Â
" em...... aku pikir aku sudah berumur -+ 5 tahun, hutan. "Â jawab elang pada hutan yang masih menyisakan tanya kebenaranya itu dari elang.
" elang, apakah selama ini aku tidak memberimu manfaat ? "Â tanya hutan lagi pada elang.
" tidak hutan, tidak. kau justru memberikan banyak manfaat untuku. kau lihat hutan, aku telah mempunyai 4 bayi elang yang akan meneruskanku. kau sungguh bermanfaat untuk ku, hutan. "Â jawab elang penuh dengan meyakinkan. hutan tidak berucap lagi, hutan lebih berfikir, apakah benar yang ucapkan elang itu.
" hutan, apa kau masih disana? aku mendengar nada bicaramu yang sangat bersedih hutan, apa yang membuat kau bersedih? " tiba- tiba elang bertanya pada hutan.
" kemarin sore, aku melihat salah satu petinggi negara manusia datang ke tempatku elang. "Â
" lalu, bukan kah itu hal yang baik hutan untuk merawatmu, hutan? "Â tanpa henti elang terus bertanya pada hutan, dan terlihat hutan yang sangat sedih.
" iya, jika mereka datang untuk merawatku, aku akan senang elang. tapi manusia itu datang untuk merencanakan pembangunan sebuah jalan tol, elang. "Â
" ha?? jalan tol yang membuat kami terusir di perkotaan itu? apakah itu juga akan masuk ke desa - desa seperti ini? " lagi - lagi elang bertanya pada hutan.
" iya elang. itu yang membuatku bersedih. " Â
elang pun terkaget mendengar cerita hutan tersebut. pasalnya elang ingat, jika dulu orang tua, kakek-nenek, dan leluhur elang pun berasal dari sebuah kota besar. yang justru karna adanya pembangunan tersebut elang harus berpisah. lalu elang menatap anak - anaknya itu dengan kesedihan " ibu tidak ingin berpisah dengan kalian, nak "Â ucap elang memeluk anak - anaknya itu.
Â
" elang, ada satu pertanyaan terakhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. "Â ucap hutan pada elang yang masih memeluk anak -a naknya itu, dan kini induk elang itu melepaskan pelukanya.
" elang, manfaatmu untuk manusia ? "Â tanya hutan serius pada elang kali ini.
" euh,.,,,.,. oh ya, aku ingat hutan. dulu ketika aku terjerat perangkap manusia, aku juga di selamtkan oleh gerombolan manusia yang sedang mempelajarimu. aku ingat waktu itu seseorang dari manusia itu berkata, katanya ' jika elang juga memiliki manfaat bagi manusia, elang adalah pemakan hama milik para petani. tikus, ular, dan binatang - binatang lainya yang sering berada di ladang milik para petani. ya, aku denagar manusia berbicara seperti itu hutan. "Â jawab elang dengan penuh kegirangan, pasalnya justru manusianya sendirilah yang bercerita pada elang. dan elang pun kali ini tersenyum dengan lebar.
" baik elang terimakasih. " ucapku pada elang.
" sama - sama hutan "elang kembali memeluk anak - ankanya dengan mesra. yang justru membuat hutankembali bersedih jika mereka harus terpisah.
Hutan kali ini kembali berkeliling melihat are sekitarnya, sambil berfikir tentang perbincangannya tadi dengan elang. " elang benar, manusia sendirilah yang menyebut kita sangat bermanfaat pada mereka. tapi kenyataanya manusia sekarang akan menyakitiku. " hutan berbicara pada dirinya sendiri. padahal hutan memang tidak meminta apapun kepada manusia itu sendiri, selain jangan menganggunya. hutan selalu meminta kepada manusia untuk tidak merubah apapun untuk membuat hutan senangn pada manusia, cukup dengan manusia melihat hutan sebagai keindahan. sisanya nikmati saja manfaat hutan yang di berikan pada manusia.
hutan pun bergegas dengan sangat cepat saat ini, karna hutan ingin mencari penghuni lainya untuk di wawancarai lagi. karna tuhan akan bersikap, jika diantara penghuninya ada yang tidak memiliki manfaat untuk manusia, hutan akan mengusirnya.