Mohon tunggu...
Nehemia Gonta Ardianto
Nehemia Gonta Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru/Guru BK/Konselor/Sekolah Kristen Swasta

Guru adalah profesi saya sekarang, kurang lebih 5 tahun melayani disektor pendidikan dan cukup tertarik dengan dunia olahraga (khususnya dunia sepak bola), berenang, mendaki gunung, berpetualang, kegiatan-kegiatan lainya yang memicu adrenalin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gemuruh Pendidikan

2 Mei 2024   11:53 Diperbarui: 2 Mei 2024   12:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GEMURUH PENDIDIKAN

Pernahkah kita mendengar suara gemuruh badai atau petir ? atau bahkan kita secara langsung melihat suasana ketika gemuruh itu datang, tidak hanya secara indra pendengaran tetapi juga secara visual. mungkin pengalaman kita yang merasakan keduanya akan membawa kita ke tahap suasana yang kurang menyenangkan. "Telinga kita merasa berisik, Mata kita tidak nyaman melihatnya" bahkan hingga hati kita merasakan kegundahan bahkan ketakutan.

Sagi kami orang yang selalu melakukan aktivitas di dunia pendidikan tentunya tidak heran akan hal ini. terlepas ada beberapa orang yang pro dan kontra terhadap pendidikan indonesia. dalam tulisan ini akan termuat beberapa hal yang membuat dunia pendidikan kita semakin gemuruh.

Sebagai orang yang berada langsung di dunia pendidikan tak asing dengan pertanyaan "Pak, menurut bapak bagaimana pendidikan kita?" atau pertanyaan yang membuat hati juga bertanya "gaji guru besar ya? dalam hati sambil menjawab dalam kata-kata kasar" menyikapi pertanyaan ini biasanya saya langsung melihat kembali kepingan-kepingan pendidikan dari sudut pandang mata saya dimana saya bersentuhan langsung.

Gemuruh yang pertama. 
Mulai dari pendidikan yang belum merata, kita bisa melihat perbedaan yang sangat jauh antara kota dan daerah-daerah. sempat melihat salah satu podcast Bobon Santoso dan Deddy (dalam perjalanan kuali merah putih) dimana Bobon dengan sedih mengatakan "negara harus meminta maaf kepada rakyat papua" begitu pula negara harus meminta maaf kepada pendidikan indonesia. karena disini peran negara belum semuanya menjangkau, dengan gagahnya mereka akan menjawab "Negara kita kan luas, susah dijangkau" disini hanya penggiringan opini sehingga kita memaklumi keadaan yang ada. Pendidikan tidak bisa memaklumi dan membiarkan kesalahan, justru pendidikan mengkoreksi dan meluruskan keadaan yang ada. dalam paragraf ini bisa dilihat pendidikan terbatas bukan karena infrastruktur melainkan SDM yang memaklumi kemalasan SDM itu sendiri.

Pernah kita sering lihat  bahkan menyaksikan bagaimana para guru yang belum sejahtera. Saya bersyukur berada ditempat dimana tempat saya berusaha mensejahterakan saya meskipun jika di menggunakan kalkulasi saya akan meminta lebih, tapi saya akan tetap hadir ditengah mereka yang sedang memperjuangkan kesejahteraan para guru. pada Gemuruh yang kedua ini saya tidak bisa mendeskripsikan saya hanya bisa sedih dan berdoa agar secepatnya mereka mendapatkan apa yang layak.

dari (Renjtana Pembelajaran 1947, Rentjana Pembelajaran Terurai 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968,berjalan jauh menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, KTSP 2006, Kurikulum 2013, hingga sekarang menjadi Kurikulum merdeka) memang pada dasarnya kurikulum dibuat berdasarkan beberapa faktor yaitu menyesuaikan tuntutan zaman. yang menjadi poin disini adalah proses pembelajarannya yang akhirnya membuat para masyarakat akan salah persepsi. dalam kurikulum merdeka dituntut sekolah harus mewajibkan anak naik kelas dan lulus. padahal yang harus dituntut dalam proses pendidikan orang bukan benda mati. coba kita ganti "anak wajib lulus/naik kelas" dengan segala cara entah harus belajar 24 jam 365 hari mereka (peserta didik ) akan termotivasi lulus. akhirnya banyak peserta didik dan orang tua yang menganggap remeh proses pendidikan. Dissrespect, Pemukulan kepada guru ini adalah Gemuruh ketiga yang paling menyakitkan dari proses miss konsepsi dan kesalahan penangkapan dari pendidikan itu sendiri.

Mereka sekarang melihat hanya pada hasil. yang penting lulus tapi lupa proses. Tapi lupa bahwa hasil PISA kita masih sangat jauh.
Ini yang dinamakan hasil membunuh hasil itu sendiri. 

Gemuruh Keempat tulisan ini saya dedikasikan bagi mereka yang tidak sempat mendapatkan pendidikan formal layaknya anak-anak yang bisa berseragam, tidak dapat  belajar dikelas, tidak mendapatkan pendampingan, tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan guru, mereka yang mendapatkan pendidikan. mungkin banyak gemuruh yang tak dapat saya temukan dengar dan itu mungkin lebih pedih ketimbang yang sedang saya lihat.

dihari pendidikan ini saya mau mengajak kawan-kawan sekalian bagaimana gemuruh pendidikan disekitar kalian sudah sangat mengganggu. Saya tidak mau menyalahkan siapapun, saya orang paling bersalah ketika tidak begitu peduli pada pendidikan Indonesia. Selamat Hari Pendidikan untuk mereka yang terbuang, tersisihkan, tak dianggap, yang terbuang karena berbeda. RAHAYU  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun