Mohon tunggu...
ilwan Nehe
ilwan Nehe Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Kita adalah rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Semangat Pemahaman Spiritualitas Berdemokrasi

16 Mei 2020   16:05 Diperbarui: 16 Mei 2020   16:05 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja polemik ini tidak akan pernah usai jika rasionalitas masyarakat belum tersadarkan. Orderan semacam ini akan selalu muncul dalam setiap lima tahunnya di pesta demokrasi (pemilu). Pintu politik itu luas dan selalu terbuka bagi siapa saja.

Dalam sisi ekonomi tentu siapapun bisa ambil bagian. Dan juga akan ada saja fatsun politik yang patut diperhatikan dalam proses itu. Tidak melulu soal selera namun lebih demi memuaskan isi perut apapun dijabani.

Tokoh agama dan kaum cendekiawanlah yang seharusnya memberikan pikiran politik mencerahkan bagi orang-orang yang memiliki niat terlibat dalam sistem politik. Tentu politik tidak selalu kotor. Hanya oknum segelintir kelompoklah yang membuat kotor dan tentu tergantung pemahaman dari setiap individu.

Ketika gerakan umat ini dijadikan sebagai gerakan politik praktis maka berbeda urusannya. Karena, mereka yang sadar dan tidak suka tentu akan memiliki cara pandang yang berbeda. Alih-alih, anti-klimaksnya adalah kemunculan pikiran untuk percaya dengan Tuhan dan tidak untuk agama atau Ideologi Aknostik. Ya, karena Agama tersebut dijadikan sebagai komoditas politik.

Lalu bagaimana? Tentu kita butuh tokoh agama yang bersih dari masa lalunya, memiliki pikiran-pikiran yang segar, memberikan pendidikan politik yang baik untuk umatnya dan bukan untuk memanfaatkan gerakan umat tertentu. Spiritualitas dibutuhkan bangsa kita, namun tidak melupakan esensi kemanusiaannya.

Kemudian negara pun tidak sesuka hati untuk mengintervensi agama. Kehadiran negara untuk melindungi agama. Secara harafiahnya, Negara hadir untuk menjaga dan melindungi hak-hak setiap pemeluk agama. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, kita membutuhkan kedewasaan dalam memaknai kembali etos fundamental Negara Pancasila.

Oleh : Ilwan Februwarto Nehe
Manager Media dan Publikasi Indonesia Controling Community dan Ketua DPP Bidang Politik Gerakan Pemuda Kepulauan Nias

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun