Islam mengajarkan pentingnya adab dalam berbicara. Al-Qur'an mengingatkan kita untuk tidak merendahkan orang lain, karena bisa saja mereka lebih baik dari kita. Nabi Muhammad SAW kerap mengingatkan umatnya untuk selalu berhati-hati saat berbicara.
Dalam sebuah hadits beliau berkata:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
Artinya: "Keselamatan Manusia Tergantung Kemampuan Menjaga Mulut” (H.R. Bukhari)
Dalam konteks ini, Gus Miftah seharusnya menjadi teladan dalam menjaga etika berbicara, terutama sebagai seorang dai dan utusan pemerintah.
Etika komunikasi dapat diartikan sebagai pedoman perilaku yang didasarkan pada prinsip moral yang berkaitan erat dengan adat, norma, nilai, dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, penerapan etika ini dalam proses komunikasi diharapkan dapat menghindari dampak negatif yang mungkin timbul. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap individu, terutama mereka yang memiliki posisi publik, untuk menyadari bahwa setiap ucapan yang mereka sampaikan dapat memiliki konsekuensi.
Refleksi dan Pelajaran Berharga
Kasus ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kita harus menjaga lisan dan memperlakukan sesama dengan hormat. Penghinaan terhadap pedagang kecil mencerminkan kurangnya empati dan solidaritas sosial yang seharusnya ada dalam masyarakat. Insiden ini mengingatkan kita akan tanggung jawab moral untuk selalu berbicara dengan baik dan menghargai orang lain.
Kesantunan sangat penting untuk menjaga kelancaran komunikasi dan mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan komunikasi dapat berhasil jika pembicara dan pendengar mampu memulai, mengakhiri, dan mempertahankan percakapan dengan baik. Keduanya perlu menerapkan strategi agar komunikasi tetap efektif. Salah satu strategi tersebut adalah menunjukkan kesantunan selama berbicara. Pembicara secara sadar menggunakan kesantunan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan percakapan, mengurangi risiko yang dapat merusak citra diri mereka, sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan lancar dan berhasil.
Kekuatan lisan adalah aspek fundamental dalam komunikasi yang dapat mempengaruhi hubungan antar individu. Kasus Gus Miftah menunjukkan bahwa setiap ucapan memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, mari kita mulai dengan membiasakan diri menggunakan bahasa yang santun dalam kehidupan sehari-hari, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Dengan demikian, kita dapat menjadi bagian dari masyarakat yang lebih empati dan harmonis.
——— NEHA NIHAYATUL HUSNA & DINA FATHIANA HIDAYAH (Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) ———