Mohon tunggu...
Negri Salah Urus
Negri Salah Urus Mohon Tunggu... profesional -

Mantan wartawan, mantan LSM, mantan birokrat, mantan pejabat, mantan seniman, mantan artis, mantan pebisnis, mantan pelaku. Sekarang aku wong jadi pengamat meneh. Komentator murni, menjunjung semangat demokrasi dan kemerdekaan RI. Merdeka...!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dirgahayu HUT RI Ke-69

17 Agustus 2014   19:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:19 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua negara terutama negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia menjadi sasaran dengan strategi, taktik, teknik serta metoda yang lebih canggih termasuk membangun jaringan dengan para komprador dalam negeri yang terdiri dari para elit yang mereka sebut reformis.

Di era reformasi yang tidak jelas arahnya, bangsa dan negara Indonesia melalui para elit reformis sedang digiring dan dijebak untuk “dikuasai dan dijajah kembali”. Fakta tentang tren perkembangan situasi global dan nasional memperlihatkan sekaligus memperkuat fakta bagaimana kerasnya kekuatan neo imperialisme, neo kapitalisme dan neo liberalisme berusaha mencengkeram negara ini, serta bagaimana peranan para elit reformis sebagai komprador membantu dan mengakomodir konsepsi penjajahan baru tersebut.

Melalui kerjasama Depatemen dan LSM, personil asing terutama dari Amerika Serikat menjadi operator pembuatan berbagai undang-undang sebagai pelaksana dan tindak lanjut dari perubahan UUD 1945 menjadi UUD 2002.

Neokolonialisme dan Neoimperialisme (Nekolim) adalah pencaplokan wilayah dengan modal, jadi apa yang terjadi di Malaya (Singapura) kemudian akan menjadi titik-titik baru penguasaan modal.

Bung Karno saat menyampaikan pidatonya di depan Hasjim Ning dan Dasa'at di tahun 1964 pernah mengatakan bahwa, "Yang kaya itu harus state, harus negara, karena negara akan menjadi pemain modal paling luar biasa.  State atau Negara harus menjadi kekayaan utama dalam percaturan modal geopolitik.  Tahukah anda Singapura, yang kaya dari Singapura itu adalah Negara, Kekuatan Temasek -Holding BUMN-nya Singapore itu luar biasa besar.  Lalu tahukah anda berapa kekuatan besar Malaysia, yang kaya dari Malaysia itu Negara.  Negara-Negara ini dibentuk menjadi satu kartel oleh Inggris menjaga kepentingan modalnya di Asia Tenggara.  Sementara Indonesia, Negara sama sekali tidak kaya, yang kaya adalah oligarkis yang erat menjadi satu dengan politik.  Kemudian secara otomastis, Negara pun kehilangan kedaulatannya."

Pak Harto tidak mau masuk dalam permainan Inggris dan Amerika Serikat di tahun 1988 Pak Harto sudah mulai melihat Jerman Barat sebagai lobi alternatif, BJ Habibie yang punya lobi Jerman Barat mau diangkat jadi Capres di tahun itu tapi dijegal oleh kelompok lain, 10 tahun kemudian di tahun 1998 Pak Harto juga dihabisi oleh kekuatan liberal.

Baik Bung Karno dan Pak Harto menggunakan paham Kekayaan State atau paham kekayaan negara, bedanya Bung Karno memakai sistem 'ganti rugi' atas Jepang dengan skim yang dibuat Djuanda dan kemudian Chaerul Saleh, sementara Pak Harto membuat sistem 'jeda alih modal' yang skim awalnya dibuat Widjojo lalu kemudian Suharto memilih tim BJ Habibie untuk ekspansi produksi dan tim Radius Prawiro dalam pengaturan interior keuangan dalam negeri, sebelum akhirnya Suharto juga dilibas yang diawali penolakan Suharto pada IGGI.

Kemudian tim Suharto juga akan menghajar IMF.  Tapi Suharto terlambat.  Upayanya dia menghajar IMF juga lucu karena terjebak penasihan ekonominya yang konyol dan praktis Suharto ditinggal sendirian.

Sistem Neoliberalisme ini yang menihilkan ruang negara, menjadi jelas seperti soal Bawang, soal Sapi, yang nantinya menjadikan rakyat jadi mainan Liberalisme atas nama pasar, tapi dibalik Liberalisme Pasar ada permainan kartel, ada permainan modal, ada permainan monopoli, kenapa ini terjadi? "Karena negara tidak punya kuasa modal, untuk menekan pasar".

Konsep Trisakti merupakan konsep yang dicetuskan oleh Sukarno pada 1963.  Hal ini menegaskan pandangan politiknya untuk membawa perjuangan Indonesia menghadapi neo-imperialisme dan neo-kolonialisme.  Trisakti ini bagian dari paham Marhaenisme Sukarno, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya.

Dalam bidang kemandirian politik, Soekarno telah berhasil memperjuangkan Pancasila sebagai kemandirian bangsa Indonesia dengan memiliki ideologi negara sendiri.  Soekarno juga telah berhasil mempertahankan persatuan dengan menumpas setiap pemberontakan yang terjadi seperti Permesta,PRRI, DI/NII, dan persoalan Papua.  Hanya saja karena kurangnya kemandirian dalam persoalan persenjataan, Soekarno cenderung mendapatkan pasokan senjata dari Rusia, sehingga ideologi komunis berkembang di Indonesia yang puncaknya adalah pertistiwa gerakan 30S/PKI,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun