Mohon tunggu...
Sang Hamba .
Sang Hamba . Mohon Tunggu... -

A simple man with a simple mind

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sapi & Pilkada DKI

13 Agustus 2012   04:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:52 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih lebih dari satu bulan lagi Putaran II Pilkada DKI diselenggarakan. Tapi gegap gempitanya bahkan mengalahkan peringatan HUT Kemerdekaan negeri ini yg ke 67 beberapa hari nanti. Apalagi sejak partai² politik (parpol) sudah melabuhkan dukungannya ke calon tertentu, suasana semakin hingar bingar memekakkan gendang telinga.

Adalah sah parpol menentukan sikap politiknya, mereka ada memang untuk itu. Memang sah para elit parpol itu menyanjung calon² yg didukungnya, sudah seharusnya begitu. Tapi apa hak mereka untuk menentukan pilihan untuk para pengikutnya? Mereka bukan para jenderal tentara yg memerintahkan para serdadunya untuk taat membuta atas segala perintah dan titah. Bukan Tuan, ini bukan komando ketentaraan.

Mereka juga bukan para cowboy yg dengan lasso dan cemeti menggiring sapi² kesana kemari sekehendak hati. Sapi² itu tentu tak tahu nasibnya akan berakhir di meja makan para pejabat dan pengusaha kaya. Kalau pun mereka tahu, mereka bisa apa? Mereka cuma sapi.

Tapi rakyat, khususnya anda rakyat Jakarta, bukan sapi. Anda adalah pribadi² yang mandiri, anda punya intelegensi, anda punya aspirasi sendiri. Bahkan makan pun anda cari sendiri. Apa hak mereka untuk meng-giring² anda seperti sapi?

Anda setiap hari bergumul dgn kesulitan anda sendiri. Anda setiap hari berebut sejengkal aspal dgn ribuan kendaraan lain. Anda setiap hari mengular mengantri di halte² pengap beraroma tak sedap. Anda setiap hujan mengguyur berharap cemas agar air kotor tak menggenangi ruang tidur.

Kemana mereka para elit parpol itu saat istri, anak, adik atau saudara anda dilecehkan para pencabul di angkutan umum? Apakah mereka ada di sisi anda dan memeluk serta menepuk punggung untuk sekedar memberikan ketabahan dan penghiburan? Jangan² pada saat yg sama mereka sedang bercengkerama dgn perempuan sundal bergincu tebal dari negara manca. Atau mereka sedang bercanda tawa dgn rekan bisnisnya sambil menghisap cerutu Havana. Mana tahu mereka akan apa yg menimpa para anggota partainya yg telah dgn seenaknya mereka giring dan lecut untuk memilih sesuai kehendak mereka, demi syahwat kuasa dan harta mereka semata.

Jangan mau jadi sapi, tentukan pilihan sendiri. Gunakan akal sehat dan selera serta nurani. Mau pilih sesuai prestasi calon? Silahkan. Mau pilih sesuai agama dan suku? Silahkan. Mau pilih yg berkumis atau yg kelimis? Silahkan. Mau pilih baju polos atau kemeja kotak? Silahkan. Bahkan mau pilih hanya karena kebetulan si calon idola punya makanan kegemaran yg sama? Juga silahkan. Yang penting, jangan mau jadi sapi, tentukan pilihan sendiri. Biarkan para elit partai itu beronani dgn imajinasinya sendiri.

Ketika bimbang hendak pilih siapa, ketika hati dan logika anda mengatakan tak ada calon yg cocok selera, tetaplah tentukan pilihan. Tetap datangi bilik demokrasi itu dan coblos keduanya. Ingat itu pilihan anda, dan ingat pula kertas suara yg rusak tercoblos ganda akan lebih sulit dimanipulasi ketimbang yang masih utuh perawan. Jangan biarkan orang lain yg culas lah yg mencobloskan untuk anda, sesal pasti menanti.

Jakarta memang cuma setitik propinsi di peta nusantara. Tapi harap diingat, Jakarta adalah kemudi Indonesia. Apa yg terjadi di Jakarta akan berimbas luas keseluruh antero negeri. Seluruh rakyat Indonesia sedang berharap cemas apa pilihan anda nanti. Ini akan menentukan pelajaran apa yg akan didapat, apakah Indonesia akan tetap seperti ini, atau perubahan akan terjadi.

Jangan buang sia² kesempatan ini, untuk menentukan arah negeri. Jangan berpendapat bahwa apa artinya cuma satu suara di tengah gegap gempita jutaan pemilih lain. Sapu ijuk itu terdiri dari satu-satu batang ijuk yg lemah. Air bah itu terdiri dari satu-satu tetes air tak berarti. Jangan buang hak anda dan peluang ini. Torehkan tinta di jari anda tanggal 20 September nanti. Jadilah bagian dari sejarah.

Dimulai dari Jakarta, lalu menular ke seluruh nusantara, dan pada gilirannya akan mengubah sejarah dunia. Ya! Siap sangka jatuhnya sebongkah bata dari Tembok Berlin bisa mengubah peta dunia? Indonesia punya peran yg sangat strategis di kawasan Asia Tenggara dan seluruh Asia Pasifik. Kepemimpinan Indonesia tentu akan ikut menentukan penulisan sejarah di kawasan ini dan dunia. Dan, tahukan anda, bahwa semua diawali dari coblosan anda di surat suara nanti? DKI 2012 akan jadi cermin Indonesia 2014.

Chairil Anwar pernah berseru "Sekali berarti, sudah itu mati" (Diponegoro, Chairil Anwar). Dan kata² itu kembali menggaung saat ini. Kalau mau golput dan apatis, silahkan. Tapi jangan tgl 20 September nanti. Ini saat krusial, gunakan hak anda sekali ini saja. Sekali berarti sudah itu mati, silahkan besok² golput lagi.

Sang Burung Merak pun berucap "Yang penting bukanlah kekalahan ataupun kemenangan tapi bahwa tangan tangan telah di kepalkan" (Hutan Kota, WS Rendra). Dia benar, tak peduli sang idola kalah atau menang, yg penting anda sudah membuktikan diri kalau anda pribadi mandiri, bukan sapi!

Salam Berdaulat dari Rakyat. Salam Merdeka dari Jelata.

Maaf, sapi tidak bisa memberi salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun