Sudah berlalu peristiwa 212 yang melibatkan lebih dari 7jt umat islam dari seluruh wilayah. Aksi lanjutan yang sebelumnya dijalankan pada 411 menjadi momentum umat islam melakukan konsolidasi yang cukup masif. Peristiwa penistaan agama oleh ahok dengan latar belakang al maidah 51 menjadi momentum umat islam melakukan aksi besar-besaran untuk menuntut ahok untuk dapat di penjarakan. Peristiwa konsolidasi masif umat islam yang dipimpin oleh GNPF MUI menjadi ajang konsolidasi terbesar umat islam di indonesia. Berita aksi 212 mendapat sorotan dari dunia internasional bahkan masuk dalam record nasional dan internasional.
Peristiwa 212 menunjukan bahwa umat islam memiliki konsolidasi yang cukup masif jika hal tersebut berhubungan dengan agama. Namun sayangnya beda halnya jika berbicara mengenai urusan politik. Jika kita melihat ketika aksi 212 berlangsung bantuan dan infaq yang dilakukan oleh masing-masing individu terlihat sangat jelas. Bahkan bukan hanya bantuan secara masif dari segi makanan, sejadah atau bahkan tempat tinggal, melainkan juga istilah “jihad jempol” yang dengan masif merekam seluruh kejadian pada 212. Update status di selruh social media, bahkan ada banyak video yang terekam dari drone. Meskipun ada isu bahwa aksi tersebut di tunggangi secara politis, namun nampaknya umat islam berbondong-bondong untuk mengungkap semua fakta kejadian yang kemudian akan didokumentasikan.
Meskipun secara politis aksi umat islam pada 212 tidak bisa lepas dari pilkada DKI, namun umat islam mampu menunjukan dominasinya sebagai kaum mayoritas. Berita terhangat adalah pemboikotan perusahanan makanan yang mengklarifikasi bahwa secara perusahaan tidak mendukung aksi 212, sampai mempengaruhi saham akibat klarifikasi tersebut. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah contoh nyata jika konsolidasi umat islam amat sangat dapat mempengaruhi stabilitas, karena 85% penduduk indonesia adalah umat islam.
Jika umat islam mampu mengkonversi konsolidasinya dari dukungan moral kepada dukungan politik. Tentunya umat islam mampu memiliki kekuatan yang cukup masif di era demokrasi seperti saat ini. Umat islam mampu melakukan perubahan baik, ekonomi, social dan politik. Hal ini menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan oleh para pemuka agama islam. Melihat konsolidasi masif amat sangat disayangkan jika hanya berhenti pada tataran moral namun terhenti pada tataran politis.
Konsolidasi umat islam menjadi pramater yang perlu diperhatikan pada pertarungan politik kedepan. Jika umat islam mampu mengkonversi konsolidasinya menjadi kekuatan politik, maka bisa mempengaruhi kebijakan strategis indonesia. Hal tersebut bukan tanpa alasan karena politik merupakan ujung dari kebijakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H