Kedua, pers konvensional (Koran, televisi, majalah, tabloid, dan radio) hendaklah bersikap netral dan memprioritaskan edukasi. Jangan hanya memprioritaskan sisi marketing sampai lupa bahwa banyak masyarakat yang menanti pencerahan tentang informasi yang mengedukasi.Â
Juga media mainstream yang akhir-akhir ini muncul, justru menambah kebisingan perpolitikan kita. media dituntut untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan informasi yang valid dan tidak mendiskriminasi kelompok lain.
Keributan para elite partai khususnya di media acap kali dipandang sebelah mata dan dianggap hal yang wajar dalam dunia politik praktis. Tapi jika kita mau melihat dampak sosialnya, justru masyarakat akan berpikir buruk "Kok para politikus pagi malam ribut aja, ngapain memilih di pemilu kalau kayak gini".Â
Dari cara pandang menulis, semakin bising perpolitikan kita maka semakin banyak masyarakat yang apatis/golput dalam pemilu. Hal ini jangan diremehkan oleh para pemangku jabatan dalam pemerintahan. Maaf kalau anda tidak setuju.
Proyeksi kemajuan dalam demokrasi hanya menjadi slogan yang selalu gaungkan. Tetapi implementasinya tidak mencerminkan kemajuan demokrasi apapun. Justru berbanding terbalik dengan cita-cita founding negeri ini. Lantas apa perbedaanya masa reformasi dengan orde baru? Semoga para elite partai dapat memahami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI