Kedua, kelompok yang tidak menggunakan hak suara pada saat pemilu berpotensi menjadi kekuatan yang dapat melakukan "sabotase" atas program-program yang telah disusun oleh pemerintah yang dikomandoi oleh Presiden terpilih.
Ketiga, kelompok yang tidak menggunakan hak suara, secara politis merasa berada di luar dari sistem politik yang dibangun, sehingga mereka dapat menganggap dirinya tidak bermasalah jika tidak memberikan dukungan kepada Pemerintah yang dipimpin oleh Presiden terpilih.Â
Dampak yang ketiga ini adalah hal yang paling berbahaya dimana ketika aktivis Mahasiswa golput akan berpotensi kurang mendukungnya pengawalan demokrasi dari tatanan kampus. Padahal kampus adalah lembaga yang memunculkan kaum intelektual yang harusnya mewujudkan sikap kekinian dalam konsistensi cita-cita pahlawan kemerdekaan.
Jember mempunyai beberapa kampus besar seperti UNEJ, POLIJE, IAIN, dan UNMUH, juga mahasiswanya tidak berasal dari Jember semua. Â Sudah selayaknya progress kehidupan demokrasi melalui pemilihan umum ini dijadikan acuan konkret barometer kesuksesan pelaksanaannya Tridharma Perguruan Tinggi. Prestasi yang sifatnya fakultatif dan akademik memang sangat penting, tapi pengawalan demokrasi oleh mahasiswa adalah sebuah kemuliaan.
Dari beberapa kampus besar di Jember tersebut, harusnya KPU mensosialisasikan mengenai DPTb secara intens kepada Mahasiswa. Sistemnya jangan disamakan dengan kota/kabupaten yang tidak mempunyai kampus besar.Â
Di sisi lain, selayaknya aktivis Mahasiswa bersikap merevitalisasi demokrasi dari tatanan kampus, seperti tidak golput dalam pemilu  ini. Jadikan pemilu sebagai pembuktian terhadap stigma buruk yang berlaku. bahwa aktivis tidak hanya pandai menyuarakan kritk dan aksi turun jalan, tetapi juga mendorong terciptanya pemimpin yang bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H