Masyarakat masih terbelenggu dengan mentalitas global. Mereka menginginkan Indonesia menjadi Negara maju baik sistem maupun cara interaksi antara pemimpin dengan rakyat. Kepemimpinan kemarin hendaknya dijadikan ajang evaluasi oleh kedua paslon dengan menawarkan program solutif dan inovatif di masa jika dia memenangi pilpres.
KONSUMSI MEDIA
Kapan berakhirnya perdebatan para pendukung kedua kubu di media sosial? Rasanya akan berlanjut dalam waktu yang lama. Tetapi ada baiknya juga realita seperti ini. Masyarakat yang masih awam dan masih menyisakan keraguan tentang gagasan yang ditawarkan oleh kedua paslon, kini dengan mudah nimbrung di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dll.Â
Kalau ada yang saling caci maki dan tak jarang membawa agama dan Alqur'an dalam perdebatannya di Media sosial, lalu siapa yang disalahkan? Sama saja dengan kejahatan yang disebabkan oleh konspirasi, maka sungguh bejat konspiratornya dan dialah yang harus disalahkan.Â
Dengan demikian, jika ada rakyat yang saling berdebat di Media sosial dan saling maki, maka salahkan capres-cawapresnya yang tidak jelas gagasan dan program yang ditawarkan pada saat debat pertama kemarin.
Untuk siapa debat capres-cawapres? Biarlah mahasiwa berdiskusi di warung kopi dulu.
*Penulis adalah Aktivis Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Manifest , FLP Jember, PMII FTP, dan UKM-KI LDK UNEJ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H