Tetapi dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat berpendapat lain. Ia berpendapat bahwa Megawati tak perlu lagi menjadi Ketum.Â
Ia menilai perlu adanya regenerasi di tubuh PDIP agar partai berfungsi secara optimal. "Sekarang Megawati seharusnya menjadi pemimpin transisional. Melahirkan PDIP sebagai partai modern dan melahirkan kader-kader politik baru," ujar Cecep.
Mungkin saja ada dilema dalam diri Megawati saat ini. Di satu sisi mungkin ia sadar bahwa PDIP membutuhkan pemimpin yang baru. Akan tetapi, di sisi lain ia bisa jadi khawatir dengan arah partai apabila diserahkan pada orang yang tidak tepat.Â
Ia tentu memiliki kandidat kuat dari keluarganya sendiri seperti Puan Maharani atau Muhammad Prananda Prabowo. Akan tetapi, setelah ada pertemuan Jokowi-Prabowo, maka PDIP tengah dihadapi dengan sosok yang sedang naik daun, yakni BG.
Sosok BG yang memiliki potensi besar untuk memimpin dinilai sangat cocok untuk menjadi Ketum PDIP yang baru. Lewat kemampuan negosiasi dan jaringan yang baik, BG tentunya bisa menjadi sosok yang tepat dalam regenerasi kepemimpinan PDIP.Â
Terlebih lagi dengan kemampuan BG yang mampu meluluhkan Prabowo, maka tak tertutup pula peluang ia menjadi calon pemimpin Indonesia mendatang bersama dengan calon dari Hambalang yang mampu melanjutkan perjuangan dari Megawati dan Prabowo.
Sumber:
1. Tempo [Sandiaga: Budi Gunawan Pencetak Gol Pertemuan Jokowi -- Prabowo]
2. Tribunnews [Ini Prediksi 15 Tokoh Maju Bursa Capres 2024: Prabowo, Ridwan Kamil Hingga Sri Mulyani]
3. Tirto [Kongres PDIP di Bali: Mengapa Mega Sebaiknya Tak Lagi Jadi Ketum?]
4. Pinter Politik [Budi Gunawan Gantikan Luhut?]