Apakah ini wujud dari demokrasi yang sehat? Atau mereka justru ngotot menginginkan Prabowo menang agar dapat menghilangkan demokrasi itu sendiri?
Hal ini mengingatkan kembali pada aksi reuni 212 tahun lalu. Menurut peneliti kajian intelijen UI Ridlwan Habib, peserta reuni mayoritas berasal dari kader PKS dan eks anggota ormas terlarang HTI. Lantas apa hubungannya apabila massa pendukung Prabowo yang "ngoyo" merupakan kader PKS dan eks HTI?
Berdasarkan dasar analisa yang pernah dipaparkan pemerhati intelijen Robi Sugara, HTI terus berupaya dalam mengganti NKRI menjadi khilafah. Sedangkan PKS mau masuk dulu dalam sistem demokrasi. Oleh karena itu, kemenangan dari Prabowo dan menuntut pendiskualifikasian Jokowi bagi kedua kelompok ini kemungkinan adalah cara pintas dalam menegakkan khilafah.
Coba saja kita semua bayangkan, untuk apa mereka turun ke jalan, bahkan menuntut hal yang tidak demokratis, menuntut sesuatu dari sudut pandang mereka saja. Mereka terus berusaha turun ke jalan, mengintimidasi seakan memiliki massa yang banyak. Mungkin itulah keinginan utama dari para setan gundul dalam mendukung Prabowo. Mereka sangat inginkan kemenangan, karena mereka tahu, menunggangi Prabowo dalam memenangkan Pilpres adalah kesempatan emas bagi kelompoknya untuk menegakkan khilafah di Indonesia.
Sumber:
1. Tempo [PA 212 Gelar Aksi di MK, BPN Prabowo : Kami Tak Bisa Intervensi]
2. Tempo [Pengamat yakin Hakim MK Independen Tangani Gugatan Prabowo]
3. Tempo [PA 212 Akan Gelar Aksi di Mahkamah Konstitusi pada 26 Juni]
4. CNN Indonesia [Massa Aksi Bubar, Demo Kawal Sidang MK Berlangsung Tertib]
5. Suara [Massa FPI Akan Demo Dekat MK sampai Sidang Gugatan Prabowo Selesai]
6. Suara [Pengamat Intelijen: Peserta Reuni Akbar 212 Mayoritas PKS dan Eks HTI]