Mohon tunggu...
Negara Baru
Negara Baru Mohon Tunggu... Freelancer - Tentang Saya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi Sudut Pandang Baru Negara Kita

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Persimpangan Jalan, Dilema RI Sambut New Normal

28 Mei 2020   19:48 Diperbarui: 30 Mei 2020   00:10 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New Normal. gesuri.id


Pandemi corona yang tak kunjung usai dan mengubah tatanan hidup masyarakat dunia menyimpan misteri. Mulai dari asal usul virus tersebut hingga berbagai teori konspirasi. Salah satu yang kini tengah diperbincangkan publik adalah keterkaitan miliarder Bill Gates dengan virus ini. Apalagi ia telah memprediksi adanya pandemi virus sejak 2018 lalu.

Kini tersiar kabar bahwa FBI telah menangkap Bill Gates dengan tuduhan sebagai teroris biologis. India pun telah menuntutnya secara hukum atas tuduhan melakukan uji coba vaksin secara ilegal pada anak-anak di negeri Bollywood itu.

Kabar tertangkapnya Bill Gates oleh FBI beserta fotonya yang tengah diborgol oleh pihak keamanan merupakan hoax. Sebab foto tersebut adalah hasil editan dari penangkapan orang lain. Kabar penuntutan Bill Gates oleh India pun tidak benar. Sebab seorang juru bicara Gates Foundation mengatakan tidak ada gugatan terhadap pendiri Microsoft itu maupun yayasan miliknya.

Namun apakah dalam setiap hoax tidak ada satupun jejak kebenaran? Ternyata yayasan Bill Gates pernah menggelontorkan dana untuk peneilitian Human Papilloma Virus (HPV) yang dilakukan organisasi nirlaba AS, Program for Appropriate Technology in Health (PATH). 2010 silam, India menyoroti kematian 7 orang perempuan yang terlibat dalam penelitian virus itu. Pemerintah India menunjuk komiten independen untuk menginvestigasinya. Akan tetapi, hasilnya menyatakan bahwa kematian para gadis tersebut tidak berkaitan dengan uji coba vaksin.

Dari sini kita bisa ambil simpulan bahwa Bill Gates pernah mendanai penelitian untuk membuat vaksin sedari dulu sebelum ia memprediksi adanya ancaman virus yang akan terjadi di masa mendatang. Perlu diketahui ia telah memprediksi adanya pandemi global sejak tahun 2015. Saat itu ia menyebut akan ada virus yang menjadi pandemi dan menyusahkan penduduk dunia. 

Pada pernyatan di tahun 2018, ia menyamakan wabah virus tersebut dengan wabah flu tahun 1918. Uniknya, ia pun telah memprediksi masa inkubasi virus tersebut berkisar antara 1 -- 14 hari. Sesuai dengan masa inkubasi virus corona saat ini.

Kini Bill Gates tengah gencar mengembangkan vaksin untuk Covid-19. Ia meyakini umat manusia membutuhkan 7 hingga 14 miliar dosis vaksin Covid-19 secara global agar dapat membuat masyarakat terbebas dari virus corona. Guna mewujudkan vaksin dalam jumlah yang sangat banyak itu, butuh 9 bulan -- 3 tahun lagi.

Sumber : Kompas [Kabar Bill Gates Diadili di India karena Vaksin Corona, Ini Faktanya]

Hal yang lebih unik lagi, demi memantau vaksinasi pada anak-anak khususnya di negara berkembang, Bill Gates pernah mengusulkan yayasannya (Bill and Melinda Gates Foundation) yang juga donatur tetap WHO untuk menggunakan tato atau implan tak kasat mata.

Pengembangan vaksinnya di India, ramalan tentang corona, serta pemantauan vaksinasi menggunakan implant tak kasat mata agaknya menjadi dasar adanya teori konspirasi Bill Gates lainnya. Yakni Bill Gates menggunakan vaksin corona untuk mengimplan microchip. Berdasarkan survei oleh Yahoo News dan YouGov banyak warga AS yang percaya pada teori tersebut. Terutama oleh kelompok Republikan pendukung Presiden Donald Trump.

Sumber : Detik [Antara Bill Gates, Vaksin Virus Corona, dan Implan Microchip]

Kabar Bill Gates akan menggunakan micro chip dibenarkan oleh mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Melalui pengacaranya Achmad Cholidin pada 22 April lalu, Siti Fadilah Supari mempertanyakan pernyataan Bill Gates yang telah menyiapkan vaksinasi corona sebanyak 7 miliar penduduk bumi. Bahkan uji coba telah pula ia lakukan. Padahal pembuatan vaksin memerlukan waktu yang tidak sebentar. Jika Bill Gates telah memiliki vaksin bukankah ini pertanda bahwa ia telah memiliki virus corona sebelum pandemi terjadi.

Ibu Siti Fadilah juga mempertanyakan strain negara mana yang Bill pergunakan untuk membuat vaksin. Padahal menurut para ahli di dunia, virus corona selalu bermutasi hingga kini. Terakhir, mengenai vaksin yang dilengkapi dengan microchip yang konon katanya digunakan untuk memantau orang yang memperoleh vaksin. Siti Fadilah mengingatkan bahwa kita tidak tahu efek dari microchip itu bagi tubuh. Lalu apakah microchip itu memang hanya dipergunakan sebagai penanda? Oleh karena itu, mantan menkes ini mengingatkan agar kita wajib waspada, sebab Bill Gates memiliki proyek ambisius yakni depopulasi dalam rangka mengatur populasi dunia.

Sumber : Liputan 6 [Cek Fakta: Eks Menkes Siti Fadilah Supari Sarankan RI Tidak Pakai Vaksin COVID-19 Bill Gates?]

Oleh karena itu, tidak semua teori konspirasi tentang Bill Gates dapat dikategorikan sebagai hoax. Semua masih berada di ranah abu-abu sampai ditemukan bukti selanjutnya.

Lantas apa kaitannya dengan penanganan Covid-19 di Indonesia?

Saat ini Indonesia tengah berada dalam masa transisi menyambut 'new normal'. Namun WHO mengingatkan kepada RI yang berencana melakukan pelonggaran. Perwakilan WHO untuk Indonesia N. Paranietharan pada 21 Mei lalu mengingatkan pemerintah harus memperkuat keandalan data jika ingin melonggarkan PSBB. Ia mengingatkan bahwa negara-negara di dunia termasuk Indonesia tengah berhadapan dengan kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, penerapan protokol yang ketat dan deteksi virus menjadi syarat mutlak kehidupan normal yang baru.

Di sisi lain, salah satu alasan pemerintah mendorong New Normal di tengah pandemi adalah untuk menekan angka korban PHK. New normal juga diharapkan dapat menggerakkan kegiatan perekonomian yang laju pertumbuhannya terpuruk di Kuartal I 2020, yakni hanya 2,97 %.

Sementara demi menyambut new normal, WHO telah memberikan beberapa syarat. Secara garis besar, pemerintah suatu negara harus bisa mengendalikan penyebaran virus sebelum menerapkan new normal. Akan tetapi, kenyataannya, angka penularan virus corona di daerah yang dipersiapkan untuk menyambut new normal yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Gorontalo, masih tinggi. Berdasarkan data persebaran kasus corona Gugus Tugas Covid-19, keempat provinsi itu masih menunjukkan penambahan kasus positif yang cukup signifikan dalam dua pekan terakhir.

Sumber : CNBC Indonesia [Ini Peringatan WHO Buat RI yang Berencana Longgarkan PSBB]

Sumber : CNN indonesia [Kasus Corona Meningkat di 4 Provinsi Persiapan New Normal]

Kini RI tengah dilema. Apabila RI hendak berseberangan posisi dengan WHO, maka RI harus bergantung pada Posisi AS dan Mantan Menkes Siti Fadilah Supari, yang terdepan dalam melawan segala argumentasi WHO. Akan tetapi mendukung posisi AS dan Mantan Menkes Siti Fadilah Supari, berarti RI harus menjilat ludah sendiri terkait penetapan hoax atas wacana asal-usul virus corona berasal dari Lab Wuhan yang kerap disuarakan Donald Trump dan wacana vaksin Bill Gates mengandung microchip seperti yang dibenarkan Mantan Menkes Siti Fadilah Supari.

Apabila new normal dijalankan tanpa disertai langkah pencabutan hoax virus corona berasal dari Lab Wuhan dan Vaksin Bill Gates mengandung microchip, akan membuat RI berhadapan langsung dengan WHO, AS, Mantan Menkes beserta pendukungnya, Ilmuwan RI yang mendukung WHO, serta publik.

Oleh karena itu rencana pemerintah mendorong new normal perlu pertimbangan seksama agar tidak terjebak dalam stigma. Jangan sampai semua pihak menganggap New Normal menjadi prioritas hanya untuk keberlangsungan ekonomi para taipan dan persahabatan RI -- China.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun