Terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu. Mungkin itulah yang terjadi dalam tubuh Kominfo kita. Segala sesuatu dianggap sebagai hoax sebelum dicek kebenarannya.
Masih ingat dengan informasi tentang Klorokuin yang dikatakan dapat menyembuhkan virus corona? Hal tersebut berdasarkan uji klinis di China. Klorokuin sendiri merupakan obat anti malaria dan bahan aktifnya terbukti efektif menekan gejala dari virus corona. Namun kabar tersebut dianggap sebagai hoax oleh Kominfo. Pihak Kominfo berdalih stempel hoax diberikan atas pernyataan WHO pada 20 Februari 2020 yang mengatakan pihaknya belum memiliki bukti Klorokuin dapat menyembuhkan Covid-19.
Belum memiliki bukti bukan berarti kabar tersebut salah bukan? Tapi Kominfo tetap memberikan stempel Hoax pada Klorokuin.
Sumber : KataData [Kominfo Cabut Stempel Hoax soal Klorokuin Bisa Sembuhkan Virus Corona]
Namun semua itu berubah semenjak Presiden Jokowi mengatakan telah memesan tiga juta butir pil Klorokuin untuk membantu penyembuhan pasien Covid-19 pada 20 Maret 2020 lalu. Dengan catatan, Klorokuin bukanlah obat utama dalam menyembuhkan pasien positif Covid-19.
Namun penggunaan obat ini harus dengan resep dokter dan diawasi karena selain Klorokuin memiliki efek samping, ia dibutuhkan hanya dalam penyembuhan bukan pencegahan Covid-19.
Sumber : BBC [Virus corona: Jokowi pesan tiga juta klorokuin, apakah 'obat malaria' teruji sembuhkan Covid-19?]
Atas dasar ini, Kominfo akhirnya menelan ludahnya sendiri dengan mencabut status hoax dari Klorokuin dapat menyembuhkan virus corona.
Tak lama berselang, ternyata muncul pernyataan dari peneliti tentang keefektifan Klorokuin dalam mengobati Covid-19. Para peneliti dari Pusat Klinik Kesehatan Masyarakat Shanghai justru mengatakan pengobatan konvensional selain klorokuin di tengah belum adanya vaksin Covid-19 justru lebih efektif dalam memulihkan kondisi pasien corona. Sebab 13 dari 15 pasien yang diberikan klorokuin selama satu minggu tetap dinyatakan positif Covid-19. Uniknya, 14 dari 15 pasien yang tidak menggunakan klorokuin justru menunjukkan hasil yang negatif.
Selama penelitian, kondisi pasien yang diberi Klorokuin ternyata semakin parah. Bahkan beberapa di antaranya mengalami diare dan tanda-tanda kerusakan hati.
Food and Drug Administration (FDA) AS memperingatkan bahwa antusiasme akan Klorokuin dapat menyembuhkan Covid-19 terlalu prematur karena penelitian tentang obat bagi virus corona sebenarnya baru saja dimulai.
Sumber : CNN Indonesia [Ahli Jawab Teka-teki Obat Malaria Tak Bisa Tangkal Corona]
Sebenarnya perdebatan dan penelitian Klorokuin menjadi obat penyembuhan Covid-19 masih harus diteliti lebih mendalam. Akan tetapi, bukan berarti Kominfo dapat dengan mudah mengatakan bahwa informasi tersebut sebagai Hoax. Segala sesuatu yang belum terbukti, dapat saja berubah di kemudian hari. Setelah Presiden Jokowi menyatakan klorokuin dapat digunakan sebagai obat pendamping untuk menyembuhkan corona, pada akhirnya Kominfo mencabut status hoax tersebut. Akan tetapi, stempel hoax sudah terlanjur menempel. Bahkan hal ini menjadi kritikan beberapa pihak yang menganggap Presiden Jokowi telah turut menyebarkan hoax tentang corona.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule pada 20 Maret 2020 lalu. Iwan heran Presiden Jokowi telah memesan 3 juta butir klorokuin untuk mengatasi Covid-19 padahal Kominfo telah mengatakan sebelumnya bahwa info akan Klorokuin sebagai obat corona adalah hoax.
Sumber : Rmol [Kominfo Sebut Klorokuin Belum Terbukti Sembuhkan Covid-19, Iwan Sumule: Jokowi Sebar Hoax Dong?]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H