Mohon tunggu...
Negara Baru
Negara Baru Mohon Tunggu... Freelancer - Tentang Saya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi Sudut Pandang Baru Negara Kita

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Swasta Ogah Inisiatif Social Distancing Imbauan Presiden

16 Maret 2020   21:14 Diperbarui: 17 Maret 2020   14:13 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, ada cara lain yang dapat dilakukan dan jauh lebih efektif, yakni Social Distancing. Social Distancing adalah mengurangi interaksi sosial dengan orang lain terkecuali untuk hal yang sangat penting. Semakin masyarakat tidak berinteraksi satu dengan yang lain, maka semakin kecil pula peluang penyebaran virus.

Namun bagaimana cara agar Social Distancing dapat dilakukan dengan efektif? Kita tahu, anjuran pemerintah untuk mengurangi berpergian tidaklah cukup. Orang-orang akan tetap saja keluar rumah. Mungkin karena pekerjaan, sekolah, atau berkumpul bersama orang lain di restoran dan tempat publik lainnya. Di sinilah pentingnya menutup tempat-tempat yang biasa didatangi banyak orang.

Akan tetapi, Pemerintah tidak bisa memaksa masyarakat untuk tidak berpergian. Oleh karena itu harus ada kesadaran dari pihak swasta untuk menutup sementara kantor, restoran, atau tempat lainnya yang menjadi lokasi berkumpulnya publik. Italia telah melakukannya dengan menutup restoran-restoran, begitu juga China dan AS.

Kesadaran publik harus diiringi dengan kesadaran swasta menutup ruang publik. Inilah yang dapat diartikan dengan Moderate Social Distancing.

Social Distancing akan lebih ampuh lagi dalam menekan penyebaran virus ketika regulator atau pemerintah turut membatasi fasilitas publik. Kombinasi dari kesadaran publik, swasta, dan regulasi pemerintah dapat kita sebut dengan Extensive Social Distancing.

Sumber : The Washington Post [Why outbreaks like coronavirus spread exponentially, and "how to flatten the curve"]

Setelah melihat paparan tentang mengurangi penyebaran virus corona dari The Washington Post tersebut, maka mari kita kembali ke video yang menyebar di medsos. Hal yang menarik adalah perbedaan video itu soal Force Quarantine atau Lockdown yang diberi istilah Partial Lockdown.

Padahal Force Quarantine bukan berarti Partial Lockdown. Force Quarantine tetap memiliki celah masuk penyebaran virus karena mustahil melakukan Lockdown secara 100 %.

Selain itu, video tersebut juga memaparkan tentang Social Distancing yang amat berbeda maksudnya dengan Social Distancing Harry Stevens. Menurut video yang turut disebarkan Mahfud MD itu, Social Distancing adalah kesadaran dari diri sendiri untuk tidak berpergian.

Pada faktanya definisi itu sama saja dengan Free for All. Tidak mungkin orang-orang dilarang atau sadar sendiri untuk tidak berpergian. Seperti di Indonesia, orang-orang masih ke kantor, ke restoran, bahkan ke tempat liburan.

Social distancing hanya akan berhasil ketika pihak swasta yang memiliki kantor, restoran, atau tempat berkumpul lainnya memiliki kesadaran untuk menutup tempat publik tersebut. Tentunya apabila pihak swasta mau berpikir secara jangka panjang, tidak akan mungkin mereka mengorbankan pelanggan, karyawan, atau pengunjungnya demi keuntungan jangka pendek semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun