Mohon tunggu...
Negara Baru
Negara Baru Mohon Tunggu... Freelancer - Tentang Saya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi Sudut Pandang Baru Negara Kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammadiyah Ungguli NU soal Corona

12 Maret 2020   20:29 Diperbarui: 13 Maret 2020   12:04 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


WHO akhirnya menaikkan status virus corona menjadi pandemi. Artinya virus corona telah mewabah secara serentak di mana-mana, menyebar luas hampir ke seluruh dunia. Bagaimana tidak, wabah COVID-19 telah mencapai lebih dari 118.000 kasus di 110 negara di dunia. Hal itu disampaikan oleh Direktur-Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus pada 11 Maret 2020.

Sumber : Liputan 6 [Apa yang Berubah Setelah WHO Naikkan Status Virus Corona Jadi Pandemi?]

Dr. Tedros pernah mewanti-wanti agar jangan ada negara manapun yang sesumbar mereka kebal dari virus corona apalagi secara blak-blakan. Pernyataan ini kemungkinan menyindir ucapan Wapres Maruf Amin sebelumnya. Ulama NU itu mengatakan bahwa tidak adanya kasus virus corona di Indonesia berkat Doa Qunut para ulama termasuk dirinya.

Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Kini di Indonesia, pasien virus corona per 11 Maret 2020 mencapai 34 orang. Kasus virus ini sendiri telah masuk ke Indonesia sejak 2 Februari silam tak lama berselang sejak Maruf Amin mengatakan Indonesia kebal dari corona berkat Doa Qunut.  

Peningkatan kasus corona di Indonesia tentunya sangat mengkhawatirkan dan kemungkinan besar angkanya akan terus bertambah. Ketika melihat situasi seperti ini, agaknya pihak NU yang berada di luar negeri mulai gerah dengan penanganan virus corona di Indonesia dan mengkritik pemerintah.

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU UK) meminta pemerintah RI tidak menganggap remeh COVID-19. Pengurus PCI Muslimat Inggris yang juga pakar clinical epidemiology Nur Hafida Hikmayani, menilai pemerintah harus serius menangani virus corona. Sebab ketika wabah corona telah memasuki suatu negara dan menyebar, maka kerugiannya akan sangat besar.

Senada, Rais Syuriah PCINU UK Didiek S Wiyono menilai pentingnya Indonesia belajar dari kasus COVID-19 di negara lain, seperti Iran dan Italia. Sebab kasus di kedua negara mengalami peningkatan yang signifikan, berbanding terbalik dengan China yang kini terlihat stagnan dan cenderung mengalami penurunan.

Sumber : NU [NU Inggris Minta Pemerintah Indonesia Jangan Remehkan Corona]

Kemungkinan PCINU UK tengah mengingatkan pemerintah dalam mengambil contoh kasus corona di Italia dan Iran agar tidak mengutamakan narasi antisipasi ala reliji dalam menghadapi COVID-19. Kedua negara masih tetap mebuka tempat ibadah walaupun virus corona telah masuk dan menyebar.

Seperti yang terjadi di Iran. Meski telah ada 66 kasus kematian akibat corona, pemerintah Iran menolak menutup tempat ibadah di sana. Bahkan salah satu warga Iran menganggap remeh virus corona dengan menjilat pintu dan kuburan dari Kuil Fatima Masumeh di Qom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun