"No country should assume it won't get (corona virus) cases, that would be a fatal mistake, quite literally." -- Tedros Adhanom Ghebreyesus (Dirjen WHO)
Ucapan dari Tedros seakan menyinggung perkataan Wapres Maruf Amin sehari sebelumnya. Pada 26 Februari 2020, Wapres Maruf Amin membuka Kongres Umat Islam Indonesia ke-VII di Novotel Bangka.Â
Dalam sambutannya Kyai Maruf memuji peran berbagai pihak yang telah menjaga Indonesia dari ancaman virus corona. Ia menambahkan bahwa salah satu pihak yang paling berperan adalah para ulama yang selalu membaca doa qunut. Ia juga mengaku turut membacakan doa qunut agar Indonesia dapat dijauhkan dari berbagai bala dan penyakit. Oleh karena itulah virus corona tidak hinggap di Indonesia. Sumber : Tempo [Ma'ruf Amin: Indonesia Terhindar Corona, Berkah Ulama Baca Doa]
Selang sehari kemudian, Dirjen WHO Tedros Adhanum Ghebreyesus mengingatkan bahwa jangan sampai ada negara manapun yang menganggap mereka kebal dari ancaman virus corona. Ia lantas mengambil contoh dari Italia yang merupakan negara G7. Negara maju seperti Italia saja banyak mengalami kemunculan kasus baru. Jadi jangan sampai negara manapun meremehkan penyebaran virus corona.
Sebab virus ini berpotensi mengalami pandemik. Sebagai informasi, telah lebih dari 83 ribu orang terinfeksi virus corona di 54 negara/wilayah. Sebanyak 2.931 orang telah meninggal akibatnya. Sumber : IDN Times [Jangan Remehkan, WHO Sebut Tak Ada Negara yang Kebal Virus Corona]
Ucapan Tedros terbukti dan doa qunut dari Wapres tidak dapat membendung penyebaran virus. Hari Senin, 2 Maret 2020, hanya dalam selang waktu 5 hari setelah Wapres menyatakan Indonesia terlindung dari corona karena doa qunut ulama, muncul kasus pertama di Indonesia.
Dua orang warga Depok telah positif terinfeksi virus corona. Hal itu disampaikan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan. Kedua orang Indonesia tersebut adalah ibu dan anak yang tertular virus dari warga Jepang yang berkunjung ke rumahnya. Sumber : CNBC Indonesia [2 Orang Positif Corona Tinggal di Depok, Tertular di Jakarta]
Sebenarnya tidak ada salahnya berdoa guna meminta perlindungan dari yang Maha Kuasa. Akan tetapi, tidak sepantasnya seorang Wapres menjawab isu serius tingkat global dengan jawaban yang bernuansa agama Islam.Â
Apalagi pernyataan Wapres seolah-olah mengindikasikan peran utama dalam perlindungan corona di Indonesia adalah melalui doa para ulama termasuk dirinya. Padahal negara Islam seperti Arab Saudi saja melakukan pencegahan secara logis, yakni menutup sementara jemaah umroh dari negara-negara yang mereka anggap berpotensi telah terjangkiti virus corona, salah satunya Indonesia.
Pernyataan Maruf Amin bahkan bisa dianggap sebagai hoax. Apakah cukup dengan doa qunut dari para ulama agar Indonesia dapat terbebas dari corona? Tentu saja tidak. Bahkan sesuatu yang berdasarkan penelitian ilmiah saja bisa dianggap hoax.Â
Seperti 'obat virus corona' yang dijual di berbagai toko online. Obat virus corona ini sebenarnya dipergunakan untuk mengobati malaria. Hal tersebut berdasarkan penelitian ilmiah oleh China National Center for Biotechnology Development yang mengatakan chloroquine phosphate dalam obat malaria dapat digunakan untuk mengatasi infeksi Covid-19. Sumber : CNN Indonesia [Alasan Obat Malaria Bisa Bantu Atasi Virus Corona]
Oleh karena itu banyak penjual di toko online yang menyatakan obat malaria sebagai obat bagi virus corona. Namun harus diingat penyembuhan menggunakan obat ini masih bersifat spekulatif karena virus corona selalu bermutasi.
Penggunaan obat yang belum dapat diverifikasi secara resmi dapat menyembuhkan corona bisa dikategorikan sebagai hoax. Apalagi pernyataan Kyai Maruf tentang keampuhan doa qunut para ulama. Ironis, tak lama setelah pernyataan itu, kasus virus corona muncul di Indonesia.
Berdoa tidak ada salahnya, justru yang disayangkan adalah menganggap doa sebagai mantra mencegah virus corona. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H