Secara fitrah, segala sesuatu bermetamorfosa dalam ritme kausalitas semesta. Tumbuhan bertumbuh, berbunga dan berbuah. Hewan berkembang, bertambah sebelum akhirnya punah. Demikian raga, pikiran dan jiwa manusia seiring masa berubah.
Perubahan sangat mungkin tersaji dalam ragam dimensi; fisis, psikis juga asketis. Air menguap, gas mencair dan substansi padat menyublim. Akal bertransformasi dari ammarah menjadi muthmainnah dengan riyadhah, jiwa menuju ahsani taqwim melalui tazkiah.
Tazkiyatun Nafs memberi ruang seimbang antara eksoteris dan esoteris. Bila salah satu mendominasi, bertendensi terkubur dalam kejumudan. Jumud ada karena pikiran eksoteris tidak dihiasi dengan rasa esoteris. Jumud eksis bila substansi konkret sepi dari esensi abstrak. Idealnya, raga jasmani "bumi" harus "ditemani" akal ruhani "langit" dalam sublimasi.
Sublimasi secara esensial merupakan transmutasi substansi menjadi esensi. Sublimasi dielaborasi sebagai validasi realitas aktual dengan abstraksi transendensi; representasi consciousness empiris pada rasionalisme logis serta manifestasi immateri "unseen" asketis dalam materi "seen" fisis.
Sublimasi menstimuli pikir rendah "lawwamah" menjadi jiwa tinggi "radhiyah." Mengiluminasi kesadaran ragawi dengan rasa ruhani dalam setiap derap langkah dan denyut nadi. Memandu pengabdian "ubudiyah" untuk taqarrub kepada Allah SWT. Aaaamiiinnn.
Wallahu'alam
Lhokseumawe, Nov 2024
#NGz #NGzLine #NGzLens
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H