Mohon tunggu...
Neefia Dwika
Neefia Dwika Mohon Tunggu... -

Seorang yang biasa-biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tentang Kita, Adalah Sosok Hati dan Sosok Aku

21 Maret 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:27 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini aku akan bercerita tentang fantasiku. tentang kepribadian dalam diriku dalam hidupku.

Mungkin ada yang menganggap aku gila, ada yang menganggap aku kekanak-kanakan, ada yang menganggap aku gak waras.

Kalau di film kartun, suka digambarkan ada malaikat dan ada setan dalam diri seseorang. Bagiku yang ada bukan mereka... yang ada adalah yang mewakilkan emosi (nama lainnya bagiku perasaan) dan logika. Sering kita mengalami benturan antara emosi dan logika, terkadang sampe bingung dan stress kala mereka lagi sama-sama beradu pendapat. Hahahahaha rasanya kaya ada perang sengit dalam diri bukan?

Aku membayangkan dalam diri setiap manusia ada dua sosok. Sosok berbentuk hati yang menggambarkan perasaan dan emosi, dan sisi bersosok AKU yang menggambarkan keegoisanku dan keposesifanku pada diriku atau logikaku.

Sosok hati adalah sosok yang lemah lembut, terkadang bisa marah, peduli sesama, perhatian, perasaan, cinta, kasih sayang yang tugasnya melembutkan sosok AKU.

Sosok aku dalam diriku adalah sosok penjaga, pencemburu, tidak mudah percaya, egois, gak mudah melepaskan hati, siap menopang, menjaga dan memaki sosok hati agar lebih kuat. Sosok aku (logika) adalah sosok yang aku ciptakan sebagai usaha terakhirku bertahan jika sosok hati sedang lemah. Sosok aku adalah sosok yang unik.

Dua sosok ini saling menopang, saling menjaga, saling menguatkan, saling perduli, dan saling mematikan yang lain kala sedang perang. hahahaha...

Kalau berhubungan dengan pria... sosok aku akan sangat posesif sekali. Dia akan mengunci sosok hati dalam penjara yang ditutupi pagar tinggi diberikan kawat berduri biar gak mudah disakiti. Karena sosok Aku sangat benci melihat orang lain yang tersakiti hatinya karena cinta. Sosok aku menganggap sosok hati itu mulia dan harus dijaga ketat. Gak boleh tersakiti oleh orang lain. Sosok aku dan hati merasa kita (kita disini ya aku secara utuh) harus dijaga oleh hati dan aku agar seimbang dalam beraktivitas.

Aku paling menjaga hati, aku menarik kuat-kuat kala ada yang mau merebut hatiku, perasaanku dariku. Aku terlalu mencintai diriku, terlalu menjaga hatiku, terlalu takut hati jadi terluka dan lemah, apatis dan curiga pada setiap orang yang hadir dalam hidupku. Sosok Aku sangat posesif dan menjaga sekali.

Belum ada yang berhasil mengalahkan sosok aku. Pernah ada yang hampir berhasil, namun karena sosok hati sempat menangis, sosok aku langsung menariknya masuk ke dalam penjara. Sosok Aku memarahi sosok hati yang jatuh dan lemah.

Kira-kira beginilah percakapannya... (ini jika terkait dengan orang lain ya)

Sosok Aku : "Hei Hati! buat apa kamu menangis? Apa perdulimu dengan dia? dia tak perduli padamu! Cukup Hati.... hentikan pilumu... bangkitlah... kuatlah seperti biasanya..."

Sosok Hati : "Aku... hati berharap Kita bisa membuat orang bahagia, kenapa rasanya kita gak berharga untuknya ya? apa hati kurang memberi ya?"

Sosok Aku : "Hatiku sayang, hatiku yang kuat, hatiku yang mulia, hatiku yang tak pantas disakiti... Kita sudah berusaha, kita sudah berjuang, kita sudah berbuat semampu kita. tapi sepertinya hatiku dan hati mereka belum satu jalan. Hati sangat berharga buat kita. tanpamu... kita menjadi sosok yang keras. Hatiku... bangkit ya sayang... aku tau hati kuat dan gak lemah. JANGAN KARENA DIA / MEREKA! Kamu terpuruk begini. Apapun masalahnya BANGKIT! Aku benci melihat hati melemah dan menyebabkan kita lemah! Karena saat itu terjadi, Aku berjuang sekuat tenaga membangkitkan kita, tapi kita lebih condong ke hati. Aku benci kala Kita menjadi lemah!!!"

begitupun jika AKU sedang berkuasa... hati yang melembutkan. Kala Aku merubah Kita menjadi sosok yang keras, angkuh, egois dan seenaknya sendiri. Sosok hati memeluk aku, melembutkan aku, mengajak aku berpikir dengan perasaannya. Menjadikan Kita lebih manusiawi.

Terima Kasih Hati, Terima Kasih Aku...

Kalian membuat Kita menjadi kuat, kalian membuat hidup kita penuh warna.

Dear Hati, Dear Aku... tetaplah ada dan mendampingi serta mensupport Kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun