Sosok Aku : "Hei Hati! buat apa kamu menangis? Apa perdulimu dengan dia? dia tak perduli padamu! Cukup Hati.... hentikan pilumu... bangkitlah... kuatlah seperti biasanya..."
Sosok Hati : "Aku... hati berharap Kita bisa membuat orang bahagia, kenapa rasanya kita gak berharga untuknya ya? apa hati kurang memberi ya?"
Sosok Aku : "Hatiku sayang, hatiku yang kuat, hatiku yang mulia, hatiku yang tak pantas disakiti... Kita sudah berusaha, kita sudah berjuang, kita sudah berbuat semampu kita. tapi sepertinya hatiku dan hati mereka belum satu jalan. Hati sangat berharga buat kita. tanpamu... kita menjadi sosok yang keras. Hatiku... bangkit ya sayang... aku tau hati kuat dan gak lemah. JANGAN KARENA DIA / MEREKA! Kamu terpuruk begini. Apapun masalahnya BANGKIT! Aku benci melihat hati melemah dan menyebabkan kita lemah! Karena saat itu terjadi, Aku berjuang sekuat tenaga membangkitkan kita, tapi kita lebih condong ke hati. Aku benci kala Kita menjadi lemah!!!"
begitupun jika AKU sedang berkuasa... hati yang melembutkan. Kala Aku merubah Kita menjadi sosok yang keras, angkuh, egois dan seenaknya sendiri. Sosok hati memeluk aku, melembutkan aku, mengajak aku berpikir dengan perasaannya. Menjadikan Kita lebih manusiawi.
Terima Kasih Hati, Terima Kasih Aku...
Kalian membuat Kita menjadi kuat, kalian membuat hidup kita penuh warna.
Dear Hati, Dear Aku... tetaplah ada dan mendampingi serta mensupport Kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H