Mohon tunggu...
Dwi Setyo Harjanto
Dwi Setyo Harjanto Mohon Tunggu... Lainnya - Segala sesuatu berubah, kalau ngga mau ketinggalan maka kejarlah

Relawan Gerakan Kemanusiaan dan Solidaritas Bagi Sesama)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagong Bayar Pajak

22 September 2021   17:01 Diperbarui: 22 September 2021   17:03 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya Bapak. Sudah sebulan ini kami dan SHAMSHAT di seluruh Negeri kita ini menggunakan sistem baru yang orientasinya pada teknologi. Jadi Pak Bagong tidak perlu lagi memfoto copy KAW dan surat-surat kendaraan seperti biasanya" Mas Anabrang mencoba menjelaskan agak lebih detail tentang sistem baru mereka.

"Ohhhh... jadi saya tidak perlu lagi foto copy KAW dan SBP (Surat Bukti Punya) kendaraan lagi ya Mas? Saya juga tidak mengisi formulir yang warna biru itu ya?" Tanya Bagong dengan rasa penasaran yang tidak seperti biasanya.

Maklum, ini terobosan besar yang mengubah paradigma banyak orang. Ketika dulu saat seluruh masyarakat di negerinya diharuskan mengganti KAW kertas menjadi KAW elektronik, banyak pihak di negerinya yang berharap akan terjadi perubahan pada paradigma tentang banyak hal. Termasuk salah satunya adalah sektor pelayanan publik para wayang. Menjaga penyelenggaraan bersih dan bebas keribetan, bebas kemubaziran, dan tentunya paperless seperti digaungkan oleh para pencinta lingkungan dan pencinta kehidupan yang bermartabat terjadi di muka bumi ini. Bayangkan saja berapa banyak kertas yang digunakan untuk sekedar memfoto copy Kartu Anggota Wayang (KAW), Surat Bukti Punya (SBP) kendaraan para wajib pajak? Bayangkan juga dengan berapa banyak kertas yang dijadikan formulir isian saat kita pajak kendaraan?

"Tidak Pak Bagong. Sudah tidak ada lagi kertas yang harus Pak Bagong isi. Semua serba elektronik" Mas Anabrang seolah-olah meyakinkan rasa penasaran saya.

"Wah, keren sekali mas. Terobosan bagus ini"

"Harus begitu Bapak. Kita harus berani mencoba hal baru. Kan semua demi kenyamanan dalam melayani masyarakat" Mas Anabrang tersenyum kembali. Dalam hati Bagong bergumam, memang harusnya begini kantor-kantor di tiap Kota Praja itu meyambut warganya.

"Ok...Ok. Jadi setelah sampai di sana saya harus ngapain?"

"Mari Bapak, saya bantu. Mari kita ke mesin di sana." Sambil menunjuk deretan mesin reader, mas Anabrang mengajak saya.

"Baik Mas, ayo" kami bergegas

Di sisi ruangan ini ada 6 mesin sebesar ATM. Bentuknya pun hampir mirip. Setiap orang mengantri dengan tertib. Dan di antara kami ada petugas yang selalu siap sedia membantu. Di antara petugas-petugas itu ada yang sedang membimbing ibu-ibu separuh baya dan bersanggul ala kadarnya yang sepertinya juga baru pertama kali ini bertemu dengan sistem baru yang membantu pajak kendaraan di SHAMSHAT ini.

"Bapak, silakan menempelkan KAW elektronik di sini." Sambil menunjuk sebuah tempat di sisi depan  mesin itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun