Mohon tunggu...
Dwi Setyo Harjanto
Dwi Setyo Harjanto Mohon Tunggu... Lainnya - Segala sesuatu berubah, kalau ngga mau ketinggalan maka kejarlah

Relawan Gerakan Kemanusiaan dan Solidaritas Bagi Sesama)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta Itu....

17 Juli 2012   07:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada sebuah perjalanan, bertemulah seseorang dengan seseorang yang lain. Di sebuah peristirahatan ala kadarnya tetapi sangat mencukupi untuk sekedar menguapkan kelelahan dan menimbun sampah-sampah pengalaman yang telah usang.

Inilah percakapan itu...

Seseorang:"Sedang apakah kamu kawan?"

Seseorang Lain: "Seperti kau lihat sendiri. Aku sedang meluruskan badan dan merebahkan kepalaku ke tanah ini"

Seseorang: "ya..tapi matamu sepertinya tidak ikut rebah. Dan aku yakin walaupun kepalamu rebah tapi pikiranmu justru sedang beraktifitas"

Seseorang Lain: "Ahhh..hanya sekedar proses mengingat dan melupakan saja kok"

Seseorang: "Wah...menarik sekali.boleh aku bergabung dengan pikiranmu?Apa yang kau ingat dan apa pula yang kau lupakan?"

Seseorang Lain: "Sebentar. sebelum ke arah situ, aku menemukan kata yang pas buat pikiranku saat ini.ego.Yah...ego..menurutku itu kata yang pas buat orang yang jatuh cinta".

Seseorang: "Maksudmu?"

Seseorang Lain ini langsung bangkit dari kerebahanya dan duduk dengan yakin.

Seseorang Lain: "Menurutmu mengapa orang mencintai seseorang lain?? suka? tertarik? klik? merasa nyaman? Atau hanya perasaan yang memang otomatis timbul dengan sendirinya?"

Seseorang: "Saya pikir semua yang kau katakan itu benar... karena aku yakin jika kau berada di keramaian dan jika kau bertanya kepada setiap orang yang kau temui, pasti apa yang kau katakan tadi itu terpilih semua".

Seseorang Lain: "Tepat... itu yang sedang aku temukan. Coba kau bayangkan ada seorang mengatakan "aku mencintaimu dengan sebenarnya", bukankah pada dasarnya kalimat itu juga mengatakan kepada dirinya sendiri?? "Aku mencintai diriku dengan sebenarnya". Ada makna yang tak nampak ketika percakapan seperti itu terjadi antara 2 orang. Mencintai orang lain berarti juga mencintai dirinya sendiri".

Seseorang: "Yaahh... aku mengapresiasi pikiranmu. Tapi bukankah banyak orang boleh berpendapat tentang cinta itu? dan bahkan ada kemungkinan orang akan menolak pikiranmu itu. Tepat seperti seorang temanku berpendapat tentang cinta. dia mengatakan bahwa orang yang jatuh cinta itu narsis karena pada dasarnya orang mencintai adalah sedang membutuhkan pemujaan dari orang yang ia cintai "

.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun