Mohon tunggu...
Nebraska Kaawoan
Nebraska Kaawoan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia

In Nomine Patris et Filii et Spiritus Sancti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Literasi yang "Minimalis"

14 Juli 2024   20:13 Diperbarui: 14 Juli 2024   20:36 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bhaskara.id/hiperrealias-media-sosial-pembodohan-menghancurkan-yang-nyata/

Kaum muda harus menunjukan partisipasinya dalam aksi nyata! Itulah yang kerap kali kita dengar dari para kaum muda dari tiap masa. Dengan perkembangan zaman saat ini, dimana hampir semua masyarakat mengekspresikan sesuatu melalui media sosial didalamnya termasuk kaum muda. Namun kita harus melihat bahwa kaum muda saat ini memiliki tingkat literasi yang minim. Jika dilihat, literasi dengan membaca adalah suatu hal yang saling berhubungan namun berbeda dalam definisinya. 

Literasi adalah suatu kemampuan untuk membaca, menulis, dan memperoleh suatu informasi serta mengolahnya sehingga menjadi pengetahuan dan kemudian dapat digunakan oleh suatu individu yang melakukanya agar menjadi aksi, kebijakan, tindakan, karakter, Dsb. Jika dilihat, kemampuan literasi masyarakat Indonesia berada di urutan ke 62 dari 70 negara (Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 Dari 70 Negara, 2021).

Hal ini menunjukkan bahwa memang masyarakat Indonesia terlebih tiap individu peka dalam dinamika sosial yang ada baik dalam politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Namun masih sulit untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi secara pasti, dan hanya bergantung pada isu-isu atau desas desus yang berkeliaran lalu menjustifikasi suatu keadaan yang ada dan menyimpulkannya. 

Kemudian dengan keadaan demikian individu tersebut dengan kesimpulan yang ia hasilkan melalui justifikasi singkat dan minim literasi ia mengemukakan kesimpulannya atau yang dianggap sebagai "mengekspresikan"nya kedalam sosial media karena begitu muda untuk mengaksesnya. Sehingga muncullah kesimpulan baru yang tak jarang menjadi isu-isu baru dan kemudian menjadi "viral" atau menjadi pendukung isu-isu lainnya yang kemudian sampai kepada individu lainnya. Dan jika individu yang menerima tersebut memiliki tingkat literasi yang baik, maka ia akan melakukan check and recheck. Jika tidak maka akan terulang kembali siklusnya sedari awal dijelaskan.

Suatu aksi yang dilakukan tanpa literasi (pengetahuan) adalah sama halnya seperti iman tanpa perbuatan. Aksi yang dilakukan tanpa pengetahuan yang mantap maka pada akhirnya akan berujung pada kekacauan sosial (massa), dan pengetahuan yang baik tanpa kehadiran aksi setelahnya akan membawa kepada situasi sosial dimana tiap individunya menjadi belingsat karena tidak mendapat informasi dengan kualitas dari hasil literasi yang baik, disamping itu tidak kunjung melihat aksi yang timbul. 

Kondisi semacam ini akan menimbulkan suatu kerentanan dalam masyarakat dan mudah untuk dipecah belah. Sama halnya seperti beriman tanpa perbuatan adalah suatu iman yang kosong, tidak berguna, tidak hidup (Iman Tanpa Perbuatan baik, 2020). Dan jika perbuatan dilakukan tanpa adanya iman maka akan menuju kepada tindakan negatif, atau ada kebimbangan dalam melakukan tindakannya karena tidak memiliki kepercayaan.

Masyarakat Indonesia dapat dikatakan memiliki sifat literasi yang minimalis, dalam artian individu masyarakat Indonesia masih kerap kali salah mengerti dalam mengolah suatu informasi. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan mengartikan suatu hal atau kalimat masih sembrono dan "sumbu pendek" jika itu adalah isu kontroversial, tidak mau mencari tahu secara detail apa yang sebenarnya terjadi dan hanya mengandalkan satu atau sedikit sumber saja, dan bahkan hanya bergantung pada isu yang didengar sekilas. Individu yang seperti ini kerap kali dimanfaatkan oleh oknum politik yang ingin memperoleh ata melanggengkan kekuasaannya karena dapat di "setir" dengan mudah oleh mereka. Kemudian akan mengarah kepada atmosfer politik yang diwarnai dengan antagonisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun