Penulis kemudian tertarik juga untuk melakukan penelitian secara kualitatif dengan studi kasus fenomenologi kepada tiga orang narasumber. Tiga orang narasumber tersebut diwawancarai dan dilakukan observasi untuk mengambil data. Hasil menunjukkan bahwa narasumber 1 (ES) yaitu wanita berusia 48 tahun yang bekerja sebagai juru masak di sebuah hotel serta memiliki tiga orang anak memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih positif karena dapat menerima dirinya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, otonomi yang baik dalam mengambil keputusan, mampu menguasai lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup yang terarah, mampu bertumbuh secara personal. Sementara itu kedua narasumber lain juga menunjukkan hal yang serupa.
Pada narasumber 2 (NIR) menunjukkan kesejahteraan psikologi yang lebih positif karena mampu untuk menerima dirinya menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. NIR berpendapat bahwa menjadi wanita karir dan ibu rumah tangga tidak menghambatnya untuk terus berhubungan dengan orang lain sehingga NIR memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.Â
NIR juga mempunyai tujuan hidup yang diinginkannya serta berusaha agar tujuan tersebut terwujud. NIR memandang hidup secara positif dan selalu bisa mengambil hikmah dari perjalan hidup yang telah ia jalani.Â
Narasumber 3 (EA) menunjukkan hasil kesejahteraan psikologis yang juga sangat positif. Hal ini ditunjukkan dari EA mampu menerima dirinya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, otonomi yang baik dalam pengambilan keputusan, mampu bertumbuh secara personal, serta mampu menguasai lingkungan dan memiliki tujuan hidup yang terarah.
Dapat disimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan bahwa wanita yang memiliki peran ganda menunjukkan kesejahteraan psikologis yang baik dan lebih positif. Hal ini mendukung penelitian terdahulu bahwa wanita yang berperan ganda lebih banyak mendapatkan emosi yang positif karena mampu membangun relasi dengan duni luar sehingga dapat melakukan coping stress yang baik meskipun harus mengemban tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan ibu rumah tangga atau full-time housewife. Hal ini dikarenakan ibu rumah tangga atau full-time housewife cenderung sulit mengungkapkan kebahagiaan, lebih sedikit menunjukkan emosi positif dan sulit untuk coping stress karena tidak banyak memiliki relasi dengan dunia luar.
Kembali lagi pada pilihan Anda, menjadi full-time housewife atau menjalani dua peran yaitu ibu rumah tangga sekaligus wanita karir adalah hal yang sama-sama mulia dijalankan oleh wanita asal mampu mengatur tugas dengan baik. Apabila Anda memilih untuk menjalani dua peran itu maka sangat diperlukan komitmen yang kuat.Â
Dalam pengasuhan tak sedikit pula wanita karir yang memilih untuk membayar pengasuh dalam mengurus anak dan mungkin dampak negatifnya adalah kurang adanya hubungan yang dekat antara anak dengan Anda. Oleh karena itu, sesibuknya Anda dalam pekerjaan tetaplah untuk meluangkan waktu untuk keluarga terutama dalam mendidik dan mengasuh anak agar semakin erat ikatan.Â
Selain manajemen waktu, manajemen stress juga sangat diperlukan untuk tetap menjaga kesejahteraan psikologis yang baik. Selalulah tetap berpikir positif dan jangan pernah membawa masalah Anda di kantor ke rumah, begitupun sebaliknya.
Writer: Guinea Utami, Syifa Salsabila, dan Raysha Agustina
Referensi:
Junaidi, H. (2017). Ibu Rumah Tangga: Streotype Perempuan Pengangguran. An Nisa’a, 12(1), 77-88.