Perilaku anak spektrum autis juga tidak terkontrol sehingga sering kali tidak sesuai dengan keadaan sekitar. Emosi yang dimiliki juga sering berubah-ubah seperti menangis dan marah secara tiba-tiba. Oleh karena itu, anak spektrum autis cenderung dijauhi oleh orang lain dan teman sebayanya karena tidak dapat berinteraksi dengan benar.
Anak ASD sering kali kurang dalam memperlihatkan respon sosial serta gagal dalam membentuk ikatan sosial dan kerap memanifestasikan orang disekitar sebagai objek untuk mencapai kebutuhannya.
Selain itu, anak dengan autisme juga memiliki gangguan pada perasaannya. Dapat dilihat dengan kurangnya rasa empati pada anak, rendahnya toleransi, tertawa, marah, dan menangis tanpa alasan yang jelas, serta sulit untuk dikendalikan. Apabila keinginan anak tidak dipenuhi, anak akan menunjukkan perilaku agresif dan jika terjadi perubahan pada rutinitas hariannya maka akan berujung pada distress (Pieter, 2011).
Kesimpulan
Sebagai individu, anak dengan spektrum autis juga mengalami apa yang dikemukakan oleh Erikson. Namun anak yang mengalami autisme memiliki perbedaan dalam perkembangan sosial dan emosionalnya. Anak dengan spektrum autis kurang bisa dalam hal menunjukkan ketertarikan berinteraksi sosial dengan orang lain.Â
Emosi yang dimiliki juga sering berubah-ubah seperti menangis dan marah secara tiba-tiba. Anak spektrum autis juga cenderung dijauhi oleh orang lain dan teman sebayanya karena tidak dapat berinteraksi dengan benar. Karenanya aspek perkembangan sosial anak autisme sebatas orang-orang terdekat yang dirasanya tidak mengancam dan dapat menerima dirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI