Mohon tunggu...
Pandu Aji Wirawan
Pandu Aji Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Professional Jobless

Suka nulis di beberapa blog, diantaranya ada http://www.panduaji.net yang isinya cuma sekedar catatan perjalanan hidup. Selain itu juga mendokumentasikan tempat-tempat menarik Blitar di https://mblitar.net

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Pertama

1 November 2012   11:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Multimedia memang tidak jauh dari yang namanya konten kreatif, konten dapat berupa desain, animasi bahkan film. Saya sudah terjun dibidang Multimedia sejak duduk di kelas 1 SMK lantaran asal milih jurusan. Saat itu jurusan Multimedia berada di urutan paling atas brosur yang ditunjukkan oleh pelajar lain yang juga mendaftar. Film pertama yang pernah saya buat bersama teman-teman SMK adalah "Sang Juara". Film ini diproduksi saat bulan Ramadhan tahun 2009. Tak ayal setelah proses produksi film ini berat badanku langsung anjlok yang tadinya 52 Kg menjadi 48 Kg. Dalam kurun waktu kurang dari 1 Bulan (kok jadi curhat ya :D?). Kembali lagi ke awal, film ini diproduksi untuk lomba yang diadakan oleh STIKOM Surabaya (Lupa nama eventnya). [caption id="" align="aligncenter" width="309" caption="buka bersama"][/caption] Film pertama ini bisa dibilang kacau, dari situ saya pribadi jadi tahu apa pentingnya pra produksi. Pengalaman yang benar-benar berharga dan MAHAL. Bagaimana tidak mahal, saya harus meluangkan sekitar 2 minggu waktu untuk mengerjakannya bersama teman-teman dan sering membolos sekolah untuk mengerjakan film tersebut. Banyak sekali yang berkesan dari film pertama tersebut.

  • Pendanaan

Proses produksi film memakan banyak sekali biaya, dana yang diperoleh dari sekolah pun tidak cukup untuk mendanai proses produksi, selain itu pendanaan juga berasal dari pengumpulan swadaya. Tidak hanya sampai disitu, para pelajar SMK dengan kantong pas-pasan pun tidak dapat menambal defisit yang digunakan untuk proses produksi. Lahirlah sebuah alternatif dimana para crew film meminta sumbangan pada adik kelas demi lahirnya film yang sudah berjalan. Selain itu juga pasang muka cuek saat memunguti sampah yang dapat didaur ulang untuk dijual ke loakan. Hasilnya meski tidak sebanding dengan usahanya namun lumayan dari sekolah dengan jumlah siswa sekitar 3000 :D. Dapat digunakan untuk menambal kekurangan saat produksi. Pernah kena tegur guru karena memasukkan kumpulan botol aqua dkk kedalam lab saat pelajaran :D

  • Lokasi

Lokasi yang kami pilih merupakan lokasi dengan setting pedesaan, akhirnya kami dapatkan sebuah rumah kosong yang tidak jauh dari rumah teman sekelas. Ada dua rumah yang ditawarkan, keduanya rumah tesebut masuk dalam kategori rumah desa yang kami impikan, namun kedua rumah tersebut kosong. Rumah pertama yang tidak jadi kami pakai terkenal angker, sudah 6 tahun ditinggal oleh pemiliknya yang masih tampak sangat bagus. Sedangkan rumah kedua merupakan rumah kosong yang baru ditinggal mati oleh pemiliknya sekitar 3 bulan sebelum kita syuting. Akhirnya kami pakai rumah kedua lantaran belum terlalu lama ditinggal meski ada cerita-cerita mistis dari warga sekitar juga tentan rumah tersebut.

  • Kejadian mistis

Ada yang bilang katanya setan itu dikrangkeng saat ramadhan. Namun apa yang kami alami bisa dibilang sebuah kejadian yang dapat disangkut pautkan dengan kejadian mistis tersebut. Pertama saat syuting sekitar pukul 10 malam, tiba-tiba rumah yang tadinya terang berderang langsung gelap lantaran listriknya padam sendiri. Kedua, saat saya dan seorang teman saya menemani seorang talent di dalam rumah, karena saat itu malam hari dan adegannya si tokoh keluar dari dalam menuju ruang tamu. Di dalam sangatlah gelap, tidak ada lagi penerangan, karena semua lampu digunakan diruang tamu untuk syuting. Entah kenapa rasanya tiba-tiba perasaan saya merasa ditekan begitu kuat, rasa itu semakin lama semakin kuat. Saya sendiri kurang tahu apakah itu tekanan yang ditimbulkan oleh rasa takut atau memang oleh mahluk lain. Ketiga, saat tengah malam mau beristirahat, tiba-tiba salah seorang dari kami menangis keras sekali tanpa tahu apa penyebabnya. Diikuti njegleknya lampu di rumah teman kami yang berada dibelakang rumah yang kami gunakan syuting. Njegleknya tidak hanya satu kali, namun dua kali dalam waktu yang tidak terlalu jauh, sedangkan lampu warga sekitar tetap menyala. Rumah tersebut sebenarnya kita dipinjami secara gratis oleh ahli waris dari pemiliknya, namun karena sungkan akhirnya kami memberikan Rp. 20.000 (kalau tidak salah) sebagai ganti listrik yang kami gunakan :D

  • Salah Buka

Syuting tidak membuat kami membatalkan puasa, kami tetap berpuasa sebagaimana mestinya. Karena mayoritas beragama islam. Ada satu hari dimana kami syuting Lampu merah Jl. Raya Darmo Surabaya dekat dengan kebun binatang sampai sore bahkan menjelang berbuka puasa. Karena selesai syuting waktu sudah mendekati magrib, ada seorang teman yang membeli beberapa botol aqua 1.5 liter yang berisi air legen. Karena disarankan berbuka dengan yang manis bukan? Berbekal itu, kami semua kembali ke sekolah untuk berbuka bersama di sekolah dengan uang seadanya. Sesampainya di sekolah adzanpun berkumandang. Teman-teman langsung berebut untuk menikmati segarnya es legen sebagai pelepas dahaga. Teman cewek pun didahulukan, namun ternyata setelah beberapa teman minum mereka malah mengeluh pusing, ingin muntah, dan rasa dari legennya tidak terlalu enak. Akhirnya tiba saatnya yang pria minum legen tersebut. Ternyata benar, rasanya bukan seperti rasa legen. Dengan bau yang menyengat dan agak aneh. Beberapa teman berasumsi bahwa Legen tersebut telah menjelma dan hampir menjadi badeg, minuman yang memabukkan. Teman-teman cewek pun jadi pusing dan malas untuk berbuka :D. Saya gak habis pikir, berapa lama minuman tersebut tidak laku hingga berubah menjadi seperti itu :D?

Begitu banyaknya pengalaman unik saat syuting itu membuat saya tidak dapat melupakan moment-moment tersebut. Begitu membekas dalam pikiran dan kelak (mungkin) akan jadi cerita menarik untuk anak cucu :D. Berikut beberapa dokumentasinya [caption id="" align="alignnone" width="598" caption="Sahur bareng"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="309" caption="Syuting dipinggir jalan"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="309" caption="Syuting di sekolah"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="386" caption="Syuting di desa"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="309" caption="Beberapa kru film"][/caption] Sumber Foto: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun