Mohon tunggu...
Pandu Aji Wirawan
Pandu Aji Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Professional Jobless

Suka nulis di beberapa blog, diantaranya ada http://www.panduaji.net yang isinya cuma sekedar catatan perjalanan hidup. Selain itu juga mendokumentasikan tempat-tempat menarik Blitar di https://mblitar.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sepenggal Kisah Gerbong 4 ~ KA Penataran

11 Mei 2011   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:51 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 8 Mei 2011 ~ KA Penataran Blitar - Surabaya khususnya gerbong 4 menjadi saksi bisu kisah seorang anak balita berusia 19 bulan bersama ibunya yang masih cukup muda. Ngebruk, stasiun kecil dimana anak dan ibu tersebut naik kereta. Awalnya mereka tidak mendapat tempat duduk, karena memang kereta sudah penuh, namun tidak terlalu sesak.

Ketika sampai stasiun Kepanjen, seorang pemuda yang menemani perjalananku turun. Otomatis saya duduk merapat kejendela dan berhadapan dengan seorang gadis yang cukup manis bersama kakeknya yang hendak ke Surabaya. Karena tempat duduk disampingku kosong, si Ibu duduk disampingku bersama anaknya.

Tidak lama kemudian setelah seorang pengamen selesai menyanikan lagu, sang anak menangis dengan kencang sambil bergerak tak karuan. Seperti orang yang sedang kesurupan atau sedang meronta-ronta. Ibu membelikan anak tersebut mainan tembak-tembakan dan lampu warna-warni yang total habis Rp. 15rb. Harga tersebut sudah 3kali harga tiket naik kereta api yang dibayar oleh Ibu tersebut.

Sang anak tetap tidak mau berhenti menangis dan mengajak ibunya untuk turun. Berbagai rayuan ditujukan kepada sang anak dari berbagai orang digerbong tersebut, namun tak ada hasil. Sang anak tetap menangis edngan tetap meronta-ronta mengajak turun. Saya sendiri merasa miris mendengarkan tangisan anak tersebut, dan mencoba membayangkan jikalau anak tersebut merupakan darah daging saya sendiri. Dan dengan apa yang bisa saya lakukan teranyata tidak dapat membuatnya diam. Entah apa yang terjadi.

Si Ibu pun ikut meneteskan air mata lantaran si anak yang mendapatkan perhatian dari sebagian orang di gerbong nomor 4 tidak kunjung berhenti menangis. Namun si Ibu tetap berusaha tegar untuk tidak menangis. Entah kenapa setelah mengetahui hal tersebut saya merasa miris, namun saya sendiri tidak tahu harus berbuat apa dengan seorang anak 19 bulan yang terus menangis dan ingin turun dari kereta yang melaju sekitar 100km/jam.

Akhirnya si Ibu menurunkan anaknya dari gendongan, Sang anak diam dan langsung berjalan menarik ibunya untuk menuju ujung gerbong. Tujuannya tak lain untuk mengajak Ibu turun dari kereta api tersebut.Setelah sampai di ujung gerbong saya tak mengetahui apa yang terjadi. Kurang lebih 15 menit kemudian sang Ibu bersama anak kembali duduk disampingku, sang anak masih tetap menangis.

Ibu bercerita kepadaku bahwa disana tadi si anak meronta-ronta dan ingin turun. Karena khawatir si anak jatuh, akhirnya ibu membawa sang anak untuk duduk kembali. Saya heran karena lebih dari 1 jam sang anak tetap menangis dan meronta. Biasanya seorang anak kecil akan cepat capek dan tertidur setelah menangis dan meronta-ronta.

Akhirnya setelah meninggalkan stasiun Lawang dan sudah setengah jalan menuju stasiun Bangil sang anak mulai diam dan mau minum air susu ibunya. Setelah itu sang anak tertidur dengan pulas, bahkan ketika pengamen bergerombol yang berisik mulai berdendang tak ada respon dari sang anak. Alhamdulillah sudah si Ibu sudah terlihat lebih tenang dari tadi.

Hingga akhirnya sang anak terbangun setelah lepas stasiun Sidoarjo. Sang anak sudah dapat tertawa dan tampak senang dengan perjalanan yang tinggal sedikit lagi. Tampak wajah bahagia dan suara penuh makna dari sosok ibu yang bahagia lantaran anaknya sudah berhenti menangis. Si anak tampak senang dengan apa yang ditunjukkan ibunya, seperti mobil di jalan. rumah-rumah, masjid. dsb. Tampak semua kesedihan ibunya sirna begitu melihat anaknya sudah dapat tertawa dan bahagia.

Mungkin itu sepenggal cerita di gerbong nomor 4 KA Pentaran Blitar - Surabaya

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun