Banjir Rob Mengubah Sawah menjadi Tambak
Banjir rob yang terjadi di beberapa daerah khususnya pesisir utara Jawa telah memberi banyak pengaruh pada lingkungan. Banjir rob ini merupakan penyebab dari pemanasan global yang menimbulkan es di kutub mencair hingga menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Penurunan permukaan tanah juga memperburuk keadaan lingkungan. Sehingga saat banjir semakin tinggi maka perumahan dan banguna-bangunan di Pesisir terendam.
Fenomen banjir akibat pasang air laut ini (banjir rob) ini terlah memberikan dampak negatif terhadap wilayah permukiman pesisir. Dampak banjir rob ini telah merubah fisik lingkungan dan memberikan tekanan terhadap masyarakat, bangunan dan infrastruktur permukiman yang ada diwilayah tersebut.
Di Pesisir Pantai Moro, Kabupaten Demak, sudah lama merasakan fenomena banjir rob ini. Terdapat tiga desa pesisir yakni Desa Morodemak, Desa Purworejo dan Desa Margolinduk yang mana menjadi daerah paling terkena dampak dari banjir rob ini. Sejak tahun 2020, Banjir rob lebih sering terjadi dan air banjirnya lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut berimbas pada desa-desa agraris yang berbatasan langsung dengan Tiga desa pesisir Moro tersebut.
Banjir rob yang terjadi di Wilayah pesisir Moro menjadi ancaman bagi lahan pertanian di desa yang berbatasan dengan Tiga desa pesisir tersebut. Dan benar adanya, sekitar tahun 2015 an, banjir rob yang melanda di Tridesa Pesisir meluber hingga ke desa-desa sebelah. Seperti, Desa Tridonorejo, Desa Gebang Arum, dan Desa Serangan. Hal ini berdampak pada pertanian di Desa-desa tersebut, yang awal mula lahan pertanian masih dapat ditanam padi dan palawija namun akibat banjir rob meluber menjadikan lahan-lahan tersebut manjadi banjir air payau sehingga tidak bisa ditanami padi atau palawija lagi.
Desa Tridonorejo, misalnya. Desa Tridonorejo merupakan desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagi petani. Yang artinya desa tersebut merupakan desa agraris yang berbatasan dengan Tridesa pesisir. Banjir rob yang terjadi di Wilayah pesisir Moro menjadi ancaman bagi lahan pertanian di Desa Tridonorejo.
Namun kenyataan buruk mengubah semuanya. Sekitar tahun 2015 an , beberapa wilayah di Desa Tridonorejo ikut menjadi sasaran banjir rob. Sebagain lahan sawah sudah mulai terendam air laut sehingga tidak dapat ditanami padi, buah-buahan hingga kacang-kacangan.
"Di Desa Tridonorejo sekarang tidak semua lahan pertanian dapat ditanami lagi. Semakin tahun semakin buruk keadaanya, tahun ini hanya sekitar 5 persen lahan pertanian di Desa kami yang dapat ditanami padi." Ungkap Abdullah Nasir, Warga Desa Tridonorejo (3/12/2022).
Banjir yang menggenang di lahan pertanian ini airnya payau. Sebagian petani yang memiliki uang lebih akan menjadikan sawah-sawah yang terendam banjir menjadi tambak ikan.Â
Namun bagi petani yang tidak memiliki modal untuk mengubah sawah menjadi tambak ikan, maka sawah tersebut terbengkalai. Sehingga perlu adanya peran pemerintah dalam menangani masalah lingkungan ini. Tidak hanya keadaan fisik lingkungan yang terdampak oleh banjir rob ini. Namun juga sektor perekonomian penduduk yang terdampak banjir rob.Â
Jika terus dibiarkan tanpa ada penangan atau perhatian lebih maka tidak hanya Desa-desa pesisir dan sekitarnya yang terdampak namun lama-kelamaan akan menyebar luas dan semakin Sulit untuk ditangani