Sukabumi, 22 Januari 2025---Indonesia resmi meluncurkan perdagangan karbon internasional sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung transisi menuju ekonomi hijau. Langkah ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang aktif berpartisipasi dalam pasar karbon global.
Presiden Joko Widodo telah meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) dalam acara yang dihadiri oleh pejabat pemerintah, pemimpin industri, serta perwakilan organisasi internasional di Jakarta pada tanggal 26 September 2023. Dalam pidatonya, Presiden menegaskan bahwa perdagangan karbon merupakan instrumen penting untuk mencapai target Nationally Determined Contributions (NDC) yang telah ditetapkan dalam Kesepakatan Paris.
"Indonesia berkomitmen untuk menjadi pemain utama dalam upaya global melawan perubahan iklim. Melalui perdagangan karbon internasional, kita tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat," ujar Presiden.
Perdagangan karbon memungkinkan entitas yang menghasilkan emisi karbon di bawah batas yang ditentukan untuk menjual kredit karbon mereka kepada entitas lain yang melebihi batas tersebut. Di Indonesia, pasar ini akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Indonesia juga telah membangun infrastruktur pendukung, termasuk platform digital untuk mencatat transaksi karbon dan mekanisme verifikasi yang transparan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor internasional.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, perdagangan karbon dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi Indonesia, terutama dari sektor kehutanan, energi terbarukan, dan teknologi rendah karbon. "Indonesia memiliki potensi besar dalam pasar karbon karena kekayaan hutan tropis kita yang berfungsi sebagai penyerap karbon," jelasnya.
Selain itu, program ini diharapkan mendorong sektor industri untuk beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan, sejalan dengan upaya global untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2060.
Terdapat lima proyek berbasis teknologi yang akan dijual pada peluncuran perdagangan karbon internasional dengan total 1,7 juta TCO2e. Proyek-proyek tersebut meliputi:
1) Pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Priok Blok 4
- Proyek ini menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar utama, yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara, dengan efisiensi tinggi dalam menghasilkan listrik.
2) Konversi dan Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2
- Teknologi combined cycle meningkatkan efisiensi pembangkit listrik dengan memanfaatkan kembali panas buang dari turbin gas untuk menggerakkan turbin uap.