Baru dilantik Presiden Joko Widodo Juli lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru Prof. Muhadjir Effendy melontarkan ide yang menurut saya cukup gila. Bagaimana bisa dikatakan tidak gila kalau sang Mendikbud mewacanakan untuk menerapkan Full Day School. Kebijakan Full Day School ini mewajibkan anak - anak untuk bersekolah baik itu di dalam maupun di luar kelas hingga sekitar pukul 5 petang tepat saat orang tua mereka baru pulang dari bekerja. Tujuannya sebenarnya baik yaitu untuk mencegah terjadinya penyimpangan pada anak, namun tidak adakah cara lain untuk mencegah terjadinya penyimpangan anak ? Kasihan anak - anak itu jika kebijakan ini dikemudian hari diterapkan. Saya sangat tidak setuju dengan ide Mendikbud ini dan saya akan memamparkan beberapa alasan saya menolak sepenuhnya wacana ini :Â
- Waktu istirahat anak menjadi kurang.
Waktu Istirahat untuk anak ini menjadi perhatian saya yang paling utama maka itu saya menempatkan hal ini pada urutan pertama. Anak - anak memerlukan waktu untuk beristirahat yang cukup untuk mempersiapkan dirinya esok hari untuk bersekolah. Anak - anak biasa akan mendapatkan waktu untuk tidur siang selepas pulang sekolah. Bagaimana anak - anak akan memiliki waktu untuk tidur siang apabila waktu mereka bersekolah sangat panjang? Dengan kurangnya istirahat ini tentu akan membuat anak lebih mudah sakit dan menyebabkan terganggunya konsentrasi untuk menyerap pelajaran.
- Kemampuan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya menjadi berkurang
Waktu yang dimiliki anak - anak tidak hanya untuk belajar dan belajar saja tetapi mereka juga harus mengenal lingkungan sekitar mereka. Mereka membutuhkan waktu untuk bermain dengan teman bukan hanya teman dari sekolahnya tetapi juga teman dari lingkungan sekitar rumahnya. Anak - anak berhak untuk menerima kebahagian dengan bermain dan berteman dengan lingkungan sekitar mereka. Anak yang maju adalah anak yang mampu bersosialisasi dengan siapa saja tanpa membutuhkan waktu yang lama.
- Anak yang memiliki kekurangan dalam menyerap pelajaran di sekolah memerlukan bimbingan belajar di luar lingkungan sekolah
Tidak semua anak memiliki kemampuan untuk menyerap semua pelajaran yang diberikan oleh guru dengan sekali penjelasan saja. Ada anak yang sudah mendapatkan penjelasan berkali - kali tetapi masih belum paham juga. Untuk itu, anak - anak memerlukan tambahan bimbingan belajar di luar lingkungan sekolah yang akan membantu mereka untuk mengerti lebih dalam mengenai materi yang sudah diajarkan oleh guru mereka di sekolah maupun materi yang belum diajarkan oleh guru mereka disekolah. Selain itu, anak - anak juga memerlukan bimbingan dalam melakukan Pekerjaan Rumah karena sejujurnya tidak semua orang tua bisa membantu anak - anak mereka untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah anak - anak mereka karena materi yang diajarkan pada saat kedua orang tua mereka bersekolah dibandingkan sekarang sudah jauh berbeda. Apabila waktu mereka bersekolah hingga pukul 5 petang, kapan mereka memiliki waktu untuk mempelajari materi yang mereka tidak pahami ?
Untuk menciptakan generasi yang tidak menyimpang tidak selamanya harus diterapkan disekolah saja Pak Menteri. Kita bisa lihat contoh konkret pelaksanaan sistem pembelajaran di Jepang. Mereka fokus pada penanaman moral disiplin kepada anak - anak sampai mereka memasuki kelas 6 sekolah dasar. Sebaiknya kita rubah saja sistem pendidikan kita mulai dari tahap Taman Kanak - Kanak kita mulai tekankan kepada mereka aturan moral disiplin seperti buang sampah pada tempatnya dan saling menolong antar teman. Hal ini tentu akan jauh lebih baik dibandingkan dengan penambahan jumlah jam belajar di sekolah.
Kasihani anak - anak itu Pak Menteri, mereka perlu waktu untuk beristirahat dan bermain. Mereka anak - anak manusia bukan anak - anak robot yang tidak mengenal kata - kata lelah dan bosan. Saya mohon pertimbangkan dengan matang kebijakan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H