Tidak disangka akhirnya saya terkena serangan jantung. Padahal barusaha mengikuti program MCU (medical check up). Pada program MCU tersebut, termasuk di dalamnya adalah threat mill pemeriksaan denyut nada dan irama jantung.
Sempat dicurigai ada yang aneh dengan irama jantung. Namun, akhirnya dinyatakan baik-baik saja.
Alhamdulillah, jadi ya merasa sehat.
Hanya, namun, memang ada kelebihan di kolesterol. Gula darah ya sedikit lebih tinggi, namun masih dianggap normal. 120 - 140.
Apalagi usia sudah di atas 53 tahun. Meski demikian, berat badan diminta turun 20 kg, dari 88 kg ke 68 kg. Toh, banyak rekan lain bahkan ada yang diminta turun 30 kg.
Jadi merasa sehat.
Makan juga agak saya loss, sampai ketika diperiksa tensi, tetiba melonjak menjadi 160.115. Kondisi normal yang seharusnya 110/90.
Walhasil, program donor darah yang rutin 3 bulanan, terpending sampai 2 x kedatangan ke PMI, masih ditolak.
Hari itu, Jumat 10 Januari 2025. Hari-hari awal saya mutasi kerja dari Jakarta ke Surabaya.Â
Dengan jabatan level sama, penghasilan yang sama tidak berkurang sama sekali. Alhamdulillah.
Meski kadang di pojok hati, merasa pikiran begini "Waduh, sudah masuk Jakarta, malah kembali ke Surabaya."
Meski, ya tetap banyak alhamdulillah kembali bertemu dengan banyak komunitas penuh cinta dan saling mengasihi. Keluarga, kolega, kawan dekat, sahabat, sedulur semuanya.
Di Jakarta juga alhamdulillah mulai ketemu dekat dengan komunitas yang sama. Namun, baru tahap saling memahami dan mengerti, setelah 3 tahun 3 bulan sejak 1 Oktober 2021, maka per 1 Januari 2025 saya mutasi jabatan ke Surabaya.
APAKAH BADMINTON PEMICU?
Kembali ke cerita awal. Jumat 10 Januari 2025 tersebut, saya melakukan olah raga ringan. Betul-betul ringan lha wong keringat keluar juga biasa-biasa saja.Â
Bahkan pagi sebelumnya, saya sempat mengantar anak saya ke Bungah Gresik dari kawasan Bunder Asri Gresik, untuk ke lokasi KKN Mahasiswa Akutansi Universitas Airlangga.
Sore hari, saya bercengkerama biasa dengan istri yang baru saja datang dari Malang.Â
Home base saya memang di Gresik jika sedang on going daily activities di Surabaya.
Bakdo magrib, saya tertidur. Gak sampai 1 jam-an, saya terbangun dan merasa mual. Saya putuskan untuk segera shalat Isya, meski agak nggliyeng.
Saya kembali berusaha tidur. Namun dada mulai serasa srti ditindih. Sakit tapi sulit dideskripsikan.
Mual-mual. Seperti ada asam lambung yang naik.Â
Sempat muntah sedikit, hanya kosong karena serasa seperti asam lambung tanpa keluar muntahan.
Saya kembali ke tempat tidur.
Punggung serasa gak enak. Kayak pegal-pegal. Lantas, tangan juga pegal-pegal.
Semalaman.Â
Tidak bisa tidur.
Saatnya subuh, mau tidak mau ya subuh di rumah padahal masjid hanya berjarak 200-an meter.Â
Bakdo subuh, baru saya bilang ke istri, "Ini kayaknya ayah harus ke IGD. Mungkin nanti pake mobil sendiri-sendiri, supaya umi bisa langsung ke Malang jika hari kerja."
Sabtu pagi sekira jam 0630-an akhirnya saya diantar istri ke PHC Surabaya.Â
Disopiri istri. Badan gak enak, punggung gak nyaman seperti pegal.
Jarak tempuh 27 km dari Gresik ke Surabaya kawasan Tanjung Perak.
Langsung ke IGD.
Ditanyai ini itu dll, dokter langsung diskusi dengan istri, dari jauh kelihatan istri menangis.
Istri mendekat ke saya yang terbaring di bed IGD.
"Ayah kena serangan jantung, dan harus segera ditangani..."
.............
bersambung...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI