Mohon tunggu...
Maria Dini Gilang Prathivi
Maria Dini Gilang Prathivi Mohon Tunggu... -

will be someone, someday...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Take Your Chance, Save Their Future

3 Januari 2011   12:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1294057721716055083

Sebuah poster dengan tulisan besar-besar "TAKE YOUR CHANCE! di sebuah poli kandungan yang saya kunjungi hari ini menggelitik rasa ingin tahu saya. Diikuti dengan gambar seorang bayi mungil sehat yang terkekeh senang, poster itu memang unggul dalam mengecoh perhatian saya untuk melihat lebih jauh keterangan demi keterangan yang tertera di bawahnya. Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk dapat memahami keseluruhan isi poster yang berisikan himbauan untuk menyimpan darah tali pusar yang hanya bisa didapatkan sesaat setelah sang Ibu melahirkan sang jabang bayi ke dunia. Mungkin karena saya yang terlalu kuno dan jarang sekali update berita kesehatan (karena memang bukan dunia saya), langsung banyak pertanyaan yang tercetus di benak saya dan saya bawa hingga pulang ke rumah sebagai oleh-oleh untuk browsing lebih lanjut. Selidik punya selidik, ternyata dalam darah tali pusar terdapat apa yang dinamakan dengan sel induk, yang terbukti membantu pemulihan penyakit kelainan darah.

Sejatinya, sumber sel induk sendiri bisa dari dua macam: embrio manusia (embryonic stem cell) dan sumber dewasa (hematopoietic stem cell). Sel dari embrio ini dipercaya mengandung sel biang untuk semua organ manusia. Tapi, secara etik kedokteran, pengambilan sel embrio ini masih belum bisa diterima. Yang jamak adalah pengambilan sel induk dewasa. Praktek yang sudah lama berlangsung adalah dengan mengambil sel sumsum tulang belakang. Tapi, belakangan, darah dari tali pusar dianggap lebih kecil risikonya ketimbang mengambil sumsum. Sebelum jauh, ada baiknya Anda tahu apa itu darah tali pusar (umbilical cord blood). Jenis darah ini merupakan darah yang diambil dari tali pusar atau plasenta sesaat setelah seorang bayi dilahirkan. Menurut kajian laboratorium, darah tali pusar kaya akan sel induk hematopoietik (haematopoeitic stem cell) yakni sel induk pembentuk darah. Sel induk ini mampu memproduksi sel-sel darah baru, baik itu sel darah merah, sel darah putih, maupun keping darah yang sehat. (diambil dari sumber)

Wow!!! Betapa hebat kasiat sel induk yang dibawa darah ini. Bisa dibilang, harapan hidup para bayi yang memiliki gen yang membawa penyakit kelainan-kelainan darah seperti leukimia, kanker, dll semakin tinggi saja. Buat saya, ini adalah salah satu penemuan yang brilian dalam dunia kedokteran masa kini. Dan hebatnya lagi, satelah browsing lebih jauh saya menemukan bahwa di Indonesia kini juga telah dibuka Bank Darah Tali Pusar, setelah beberapa tahun sebelumnya penyimpanan darah harus dilakukan di negara-negara (yang sayangnya maju lebih dulu dalam hal ini) lain seperti Singapura, ataupun Malaysia. Saya sendiri hingga kini belum ada rencana untuk menikah, apalagi memiliki momongan. Untungnya, saya juga tidak dibekali dengan silsilah keluarga yang meiliki kelainan darah. Tapi, begitu menemukan hal ini saya langsung memiliki tekad dalam hati untuk kelak menyimpan darah tali pusar bayi saya seketika setelah saya melahirkan (ini jadi salah satu list mimpi yang harus saya wujudkan. hehehehe.) Namun, saya sungguh menyayangkan adanya sebuah kenyataan yang kerap terjadi di dunia kesehatan dimanapun itu. Saat seseorang ingin mempertahankan hidupnya, mereka harus mempertaruhkan begitu banyak uang. Bukan hal yang baru lagi kalau semua hal yang berhubungan dengan pengobatan, perawatan, dan pemeliharaan kesehatan manusia memiliki biaya yang amat mahal. Apalagi untuk hal yang fantastis semacam ini, biaya penyimpanan darah tali pusar juga membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk penyimpanan tahun pertama, pengambilan, dan perawatannya para Ibu yang bersangkutan harus membayar Rp 9.000.000, 00 dan sekitar Rp 1.250.000, 00 untuk tahun-tahun berikutnya. Senentara para Ibu sendiri tentunya juga tidak memiliki jaminan kapan darah itu akan digunakan, bisa jadi malah tidak akan pernah digunakan (sesuatu hal yang sangat disyukuri tentunya). Dan apabila pada akhirnya memang tidak akan pernah digunakan, kemana larinya berjuta-juta itu? Ya, kita bisa menyumbangkannya untuk membantu yang lebih membutuhkan, tapi, apakah hanya kita yang mampu saja yang bisa mendapatkan jaminan hidup yang lebih? Kesehatan hanya untuk mereka yang berduit, benarkah??? Adakah suatu cara untuk menyeimbangkan hak semua orang akan jaminan hidup sehat seterusnya?? Hendaknya jadi refleksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun