DARA : Lalu...salahku? akupun ingin bahagia dengan suami yang memperdulikanku.
BRAM : Kebenarannya adalah kaulah yang salah...!
DARA : KITA yang salah! Salah.....memilih pasangan !
Nah lo.....tak ada habisnya kan...
Dalam debad mereka membandingkan kehidupan di masa lampau dan kehidupan saat ini. Sudah pasti banyak hal berubah, bukan? Walaupun banyak aspek kehidupan yang mengalami perubahan positif, tetapi sebaliknya keadaan sosial manusia rupanya mulai merosot.
Dengan emosi dan pendirian masing masing yang merasa paling benar, kisah itu belum berujung, dari sikap saling menyalahkan, hingga membeberkan aib masing masing di sosial media, sudah pasti secara tak langsung mereka memberi hiburan gratis bagi para netizen. Padahal apakah yang mereka dapatkan dengan share masalah mereka di sosmed? Public figur bukan, pejabat pun bukan. Bisakah mereka sedikit saja meminjam rasa pada anak anak , agar tahu apa yang mereka rasakan.
Dan akhirnya mereka berpisah, DARA yang berkesempatan untuk mengurus dan merawat anak anak. Dipersimpangan jalan itu, Dara mengenang tentang semua kejadian pahit ini yang tak henti berputar dalam pikirannya. Dan dia memetik sebuah kesimpulan dalam dirinya sendiri:
" Inikah output dari pemikiran yang terobsesi dengan pikiran sendiri"
Kurogoh smartphoneku dari kantong tas yang kusandang, diawali dari benda mungil inilah aku menjalani ujian hidup yang mempersulit diriku sendiri. Lalu apa hakku menyalahkan orang lain?
Note untuk BRAM :
Maaf...khilaf yang kuciptakan...membuatku...kamu...KITA...gagal mendapatkan tiket menuju sakinah mawadah warohmah...