Mohon tunggu...
Nandia Dea
Nandia Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Belajar produktif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma

(Ceritaku) Akhir Perjuangan Memburu si Manis Bernama "Takjil"

17 Mei 2018   22:18 Diperbarui: 17 Mei 2018   22:29 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki Ramadan tentunya menu yang satu ini tak luput dari intaian. Menu apa ya kira-kira? Tak lain dialah yang bernama 'Takjil' tentunya.                

Tahukah kalian jika sebenarnya kata takjil/ta'jil () artinya adalah "bersegera" yang mana Nabi Muhammad SAW menyuruh umatnya untuk berbuka puasa dengan segera mungkin ketika waktunya telah tiba. Namun karena kata Takjil sendiri bukanlah kata asli dalam Bahasa Indonesia melainkan kata serapan dari Bahasa Arab, kata Takjil pun diartikan berbeda oleh hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Dan saat ini kata Takjil di benak kita tidaklah sama dengan artian sebenarnya sehingga dalam benak kita pun jika mendengar kata Takjil maka yang terpikirkan adalah menu pembuka untuk berbuka puasa. Tapi mungkin pemahaman tersebut ada benarnya, karena jika kita menyegerakan untuk berbuka tetapi tidak ada menu pembuka untuk berbuka ataupun makanan maka bagaimana kita hendak menyegerakan berbuka bukan? Ya meskipun berbuka bisa dilakukan dengan hanya meminum air mineral, alangkah lebih lengkap kalau ada makanan pembuka tentunya.                    

Okay, saat ini anggaplah Takjil adalah makanan atau minuman pembuka terlepas dari artian sebenarnya. Kali ini penulis akan berbagi cerita keseruan berburu takjil favorit di bulan Ramadan yang mungkin tidak bisa terulang kembali. Mengapa demikian karena kejadian tersebut sudah berlalu beberapa tahun lalu.              

Baiklah tanpa basa basi lebih panjang, cerita dimulai!               

Jadi sebenarnya bagi penulis Takjil bukanlah sesuatu yang harus ada tiap kali berbuka. Dan berburu Takjil pun sebenarnya jarang sekali dilakukan. Ya, hal tersebut dikarenakan penulis lebih sering membuat sendiri Takjil favorit tersebut di rumah. Jadi apa yang akan diburu di luar rumah jika buruannya sudah ada di dalam rumah bukan?                 

Tapi pernah sekali saat itu penulis diajak oleh saudara jauh yang kebetulan sudah pulang kampung untuk berburu takjil. Untuk tambahan informasi, rumah penulis berada di desa dan target buruan berada di kota, jadi butuh cukup banyak waktu hanya untuk mendapat buruan tersebut. Sudah mandi dan sudah siap meluncur ke kota dengan perhitungan takjil akan didapat dan bisa kembali ke rumah sebelum adzan Magrib berkumandang.                 Setengah perjalanan sudah hampir dilalui untuk mendapatkan buruan kami 'Takjil yang bernama Es Campur' namun nampaknya nasib tidaklah sesuai harapan. Ban motor yang kami kendarai bocor di tengah jalan yang bukan sembarang jalan pula. 

Jalan tersebut adalah jalan yang mana samping kanan-kirinya adalah sawah dan pemukiman nampaknya masih jauh di depan sana. Pada akhirnya kami pun mau tidak mau harus menambal ban motor yang bocor tadi. Tentunya bukan kami kan yang menambal ban tersebut? Sudah jelas yang bisa menambal ban tersebut adalah master tambal ban yang markasnya melenceng jauh dari arah tujuan kami untuk memburu es campur.                      

Dan tentunya semuanya pun tahu energi seseorang yang sedang berpuasa akan semakin berkurang saat mendekati waktu berbuka, dan kami harus mendorong motor kami ke markas tambal ban yang jaraknya lumayan jauh. Ibaratnya es campur berada di ujung jalan yang lurus, kami terpaksa harus berbelok dengan cukup jauh untuk menambal ban. 

Saat tiba di markas tambal ban pun kami masih harus bersabar karena ternyata sang empunya sedang keluar markas dan berujung pada penantian dan cobaan kembali. Dan alhasil ketika ban yang bocor tadi masih diurus oleh masternya ketika sang master telah datang, adzan magrib pun berkumandang. Dan akhirnya target buruan takjil kami yang awalnya bernama es campur kami ubah namanya menjadi sebotol air mineral dan gorengan.                

Lalu dimana serunya? Eits keseruan itu tidak melulu yang haha hihi sana sini ya kawan. Kalau keseruan penulis dalam kisah ini sih karena kami bisa berbuka puasa disebuah tempat yang terbuat dari bamboo sebut saja gazebo di hamparan hijaunya padi ditemani semilir angin dan indahnya pemandangan langit yang saat itu sedang banyak dihiasi layang-layang. Nah kok bisa? Ya bisa lah karena memang markas tambal bannya juga tidak berada di kawasan padat penduduk, jadi kanan kiri dan belakang markasnya adalah hamparan sawah. Wohoo kebanyang kan sesepi apa kalau malam makin larut.                  

Dan yang menambah keseruan kali ini adalah karena kami saling meratapi nasib kami yang gagal mendapatkan es campur dan berakhir dengan sebotol air mineral dan gorengan yang sebenarnya sudah tersedia di rumah. Dan bukannya menangis kami justru menertawai nasib kami sendiri dengan polosnya. Jadi kalau kata penulis sih kebahagiaan tidak harus karena sesuatu yang wah tetapi bahagia bisa didapat dengan menjadikan sesuatu menjadi wah. Blibet ya kata-katanya? Kalau blibet yaudah deh diringkas. Intinya jangan lupa dan jangan pernah putus dari rasa syukur.

Nasib kurang baik mungkin memang membuatmu tak suka tetapi dengan hadirnya kamu akan lebih menghargai dan mensyukuri nasib baikmu sekarang.                 

Wah gimana? Ceritanya sudah selesai loh. Apakah ada diantara kalian yang pernah mengalami keseruan anti mainstream seperti penulis? Kalau ada selamat ya, tandanya kalian punya teman senasib disini.               

Paragraf terakhir dari penulis. Jangan lupa bersyukur hari ini karena syukur akan menciptakan kebahagiaan. Dan jangan lupa untuk mengintai dan memburu Takjil terbaik kalian untuk satu bulan ini. Bulan dimana para takjil sedang berada di pinggir-pinggir jalan menanti uang kalian. Jadi pastikan kalian tidak mengecewakan para takjil dengan dompet kalian yang isinya hanya struk belanja atau struk atm ya.          

Dan.........

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun