Oleh: Heru Bramoro, ASN Kemenpora RI
Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, terus berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup warganya. Dua indikator utama yang sering digunakan untuk mengukur kemajuan ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP). Meskipun keduanya bertujuan untuk menilai kesejahteraan, mereka memiliki fokus yang berbeda dan sering kali menunjukkan hasil yang kontras. Artikel ini akan membahas perbedaan, kesenjangan, dan implikasi dari kedua indeks ini dalam konteks pembangunan Indonesia.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM adalah indikator yang dikembangkan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) untuk mengukur kualitas hidup manusia berdasarkan tiga dimensi utama: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Di Indonesia, IPM telah mengalami peningkatan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia pada tahun 2023 mencapai 72,29, meningkat dari 71,94 pada tahun sebelumnya.
Dimensi kesehatan dalam IPM diukur melalui harapan hidup saat lahir. Pada tahun 2023, harapan hidup di Indonesia mencapai 71,5 tahun, meningkat dari 71,3 tahun pada tahun 2022. Peningkatan ini mencerminkan perbaikan dalam layanan kesehatan dan akses terhadap fasilitas medis.
Dimensi pendidikan diukur melalui rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Rata-rata lama sekolah di Indonesia pada tahun 2023 adalah 8,5 tahun, sementara harapan lama sekolah mencapai 13,1 tahun. Ini menunjukkan bahwa meskipun akses pendidikan telah membaik, masih ada tantangan dalam memastikan bahwa semua anak menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah.
Dimensi Standar Hidup
Dimensi standar hidup diukur melalui Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita. Pada tahun 2023, PNB per kapita Indonesia mencapai USD 12.000, meningkat dari USD 11.500 pada tahun 2022. Peningkatan ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Indeks Pembangunan Pemuda (IPP)
IPP adalah indikator yang dikembangkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk mengukur kesejahteraan pemuda berdasarkan lima dimensi utama: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan kerja dan kesempatan, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan inklusi. Pada tahun 2023, IPP Indonesia mencapai 55,4, sedikit menurun dari 56,0 pada tahun 2022.
Dimensi Pendidikan
Dimensi pendidikan dalam IPP mencakup akses dan kualitas pendidikan bagi pemuda. Meskipun akses pendidikan telah membaik, kualitas pendidikan masih menjadi tantangan utama. Banyak pemuda yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar kerja global.
Dimensi Kesehatan dan Kesejahteraan
Dimensi ini mencakup akses terhadap layanan kesehatan dan kesejahteraan mental. Banyak pemuda yang masih menghadapi tantangan dalam mengakses layanan kesehatan yang berkualitas, terutama di daerah pedesaan.
Dimensi Lapangan Kerja dan Kesempatan
Dimensi ini mencakup akses terhadap lapangan kerja dan kesempatan ekonomi. Tingkat pengangguran pemuda di Indonesia masih tinggi, mencapai 15% pada tahun 2023. Banyak pemuda yang bekerja di sektor informal dengan kondisi kerja yang tidak stabil dan upah rendah.
Dimensi Partisipasi dan Kepemimpinan
Dimensi ini mencakup partisipasi pemuda dalam proses pengambilan keputusan dan kepemimpinan. Meskipun ada peningkatan dalam partisipasi politik pemuda, masih banyak yang merasa tidak memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan.
Dimensi ini mencakup kesetaraan gender dan inklusi sosial. Meskipun ada kemajuan dalam kesetaraan gender, masih ada kesenjangan yang signifikan antara pemuda laki-laki dan perempuan dalam hal akses terhadap pendidikan dan lapangan kerja.
Kesenjangan dan Implikasi
Perbandingan antara IPM dan IPP menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam pembangunan manusia dan pemuda di Indonesia. Meskipun IPM menunjukkan peningkatan yang stabil, IPP menunjukkan bahwa pemuda masih menghadapi banyak tantangan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi.
Pendidikan
Kesenjangan dalam pendidikan antara IPM dan IPP menunjukkan bahwa meskipun akses pendidikan telah membaik, kualitas pendidikan masih menjadi tantangan utama. Banyak pemuda yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar kerja global. Ini menunjukkan perlunya reformasi pendidikan yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa semua anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Kesehatan
Kesenjangan dalam kesehatan antara IPM dan IPP menunjukkan bahwa meskipun akses terhadap layanan kesehatan telah membaik, masih ada banyak pemuda yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas. Ini menunjukkan perlunya peningkatan dalam layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan.
Kesempatan Ekonomi
Kesenjangan dalam kesempatan ekonomi antara IPM dan IPP menunjukkan bahwa banyak pemuda yang masih menghadapi tantangan dalam mengakses lapangan kerja yang layak. Tingkat pengangguran pemuda yang tinggi menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih efektif untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keterampilan pemuda.
Partisipasi dan Kepemimpinan
Kesenjangan dalam partisipasi dan kepemimpinan antara IPM dan IPP menunjukkan bahwa banyak pemuda yang masih merasa tidak memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan. Ini menunjukkan perlunya peningkatan dalam partisipasi politik dan kepemimpinan pemuda untuk memastikan bahwa suara mereka didengar dan diperhitungkan.
Gender dan Inklusi
Kesenjangan dalam gender dan inklusi antara IPM dan IPP menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan yang signifikan antara pemuda laki-laki dan perempuan dalam hal akses terhadap pendidikan dan lapangan kerja. Ini menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih efektif untuk memastikan kesetaraan gender dan inklusi sosial.
Kesimpulan
Perbandingan antara IPM dan IPP menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan manusia, masih ada banyak tantangan yang harus diatasi untuk memastikan kesejahteraan pemuda. Kesenjangan dalam pendidikan, kesehatan, kesempatan ekonomi, partisipasi, dan kesetaraan gender menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih efektif dan terfokus untuk meningkatkan kesejahteraan pemuda. Dengan mengatasi tantangan ini, Indonesia dapat memastikan bahwa pemuda memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi pada pembangunan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H