Bagian III: Metamorfosis yang Tak Selesai
Seiring waktu, aku mulai berubah. Seperti cerita yang diceritakan berkali-kali, setiap kali aku muncul kembali dalam pikiran penciptaku, ada detail yang sedikit berbeda. Kadang aku lebih besar dari versi sebelumnya, kadang lebih sederhana. Terkadang aku bergabung dengan ide-ide lain, menciptakan hibrid yang aneh tapi menarik.
Penciptaku sering membayangkan bagaimana aku akan mengubah hidupnya jika dia benar-benar mewujudkanku. Dia membayangkan dirinya dipanggil untuk memberikan TED Talk, membayangkan artikelnya dimuat di majalah-majalah ternama, membayangkan namanya dicatat dalam sejarah sebagai orang yang pertama kali memikirkan... apa? Bahkan dia sendiri sudah tidak ingat detail pastinya.
Bagian IV: Pelajaran dari Ketiadaan
Dari perspektifku sebagai ide yang tak pernah terwujud, aku melihat sesuatu yang mungkin luput dari perhatian mereka yang terlalu sibuk mewujudkan ide-ide mereka: ada keindahan dalam potensi yang tak terbatas. Selama aku tetap menjadi ide, aku bisa menjadi apa saja. Aku adalah semua kemungkinan yang ada, tanpa dibatasi oleh realitas yang kejam.
Aku melihat ide-ide lain yang ketika akhirnya diwujudkan, tidak seindah ketika mereka masih berbentuk konsep. Realitas, dengan segala keterbatasannya, seringkali mengikis keajaiban yang ada dalam sebuah ide murni. Mungkin ada hikmahnya aku tetap berada dalam bentuk potensialku yang paling murni.
Bagian V: Pertemuan dengan Ide-Ide Lain
Di ruang pikiran penciptaku, aku bertemu dengan banyak ide lain. Ada ide untuk novel yang tak pernah dituliskan, ada rencana bisnis yang tak pernah dieksekusi, ada konsep aplikasi yang tak pernah dikembangkan. Kami semua membentuk semacam komunitas ide-ide yang tertunda, saling berbagi cerita tentang bagaimana rasanya nyaris menjadi sesuatu yang luar biasa.
"Setidaknya kau masih diingat," kata sebuah ide lama yang sudah hampir dilupakan sepenuhnya. "Aku bahkan tidak bisa mengingat seperti apa diriku saat pertama kali muncul."
Bagian VI: Momen-Momen yang Nyaris
Ada beberapa momen ketika aku nyaris terwujud. Pernah suatu kali, penciptaku benar-benar duduk di depan laptop, jari-jarinya siap mengetik. Dia bahkan sudah membuka dokumen baru. Tapi kemudian ponselnya berbunyi, ada panggilan penting yang harus dia jawab. Saat dia kembali ke laptopnya satu jam kemudian, momentum itu sudah hilang.