Mohon tunggu...
Ndaru Hatmoko
Ndaru Hatmoko Mohon Tunggu... Human Resources - HR

Hobi indexing, liat orang beraktifitas di ruang publik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Singkat Menuju Pemahaman

3 April 2024   16:22 Diperbarui: 5 April 2024   11:13 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di selatan Jakarta hari itu tampak berwarna abu-abu, di sebuah lingkungan yang penuh dengan gedung tinggi dan jalanan yang selalu sibuk,  Irfan mengendarai motornya. Irfan hanya pekerja biasa; hanya saja dia sangat suka filsafat, dia adalah seorang filsuf dalam dunia modern, seseorang yang menemukan keajaiban dalam rutinitas dan mendalami makna hidup melalui pengamatan sehari-hari.

Hari itu, Irfan memutuskan untuk mengunjungi kafe favoritnya, sebuah tempat kecil namun hangat yang sering menjadi tempat berkumpulnya para pemikir seperti dirinya. Saat memasuki kafe, dia disambut dengan senyum ramah dari Brea, pemilik kafe yang juga memiliki minat dalam filsafat.

"Selamat datang kembali, Irfan. Kopi seperti biasa?" tanya Brea dengan suara lembut.

"Iya, dan mungkin sesuatu yang baru dari menu hari ini?" jawab Irfan, sambil melirik papan menu yang selalu berubah setiap hari.

Sambil menunggu pesanannya, Irfan mengeluarkan buku catatannya dan mulai menuliskan pemikiran-pemikiran yang muncul di benaknya. Kafe itu bukan hanya tempat untuk menikmati kopi bagi Irfan, tapi juga sebuah ruang untuk introspeksi dan bertukar ide.

Tidak lama kemudian, Rina, seorang mahasiswi yang sedang mengejar gelar master di bidang filsafat, bergabung dengan Irfan. Rina adalah salah satu dari banyak orang muda di kota itu yang menemukan inspirasi dalam diskusi dan debat yang sering terjadi di kafe Brea.

"Kamu sedang memikirkan apa, Irfan?" tanya Rina, sambil menarik kursi di seberangnya.

"Idealisme vs. Realisme. Bagaimana keduanya berperang dalam setiap keputusan yang kita buat," jawab Irfan, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku catatannya.

Pembicaraan mereka berkembang menjadi diskusi tentang bagaimana filsafat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dari cara kita memilih untuk bekerja, berinteraksi dengan orang lain, hingga bagaimana kita menanggapi kegagalan dan kesuksesan.

Saat hari beranjak sore, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota,tidak jauh dari Kafe,  menikmati udara segar sambil melanjutkan diskusi mereka. Taman itu, dengan jalur setapaknya yang dikelilingi oleh pohon-pohon rindang, menjadi saksi bisu atas pencarian mereka akan makna hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun