Konflik Oppenheimer juga terjadi dengan pemerintah AS sendiri pasca perang. Ia dicurigai komunis dan akhirnya dicopot dari jabatan penasihat nuklir AS karena dianggap membahayakan keamanan negara. Film Oppenheimer menggambarkan konflik yang panjang antara sang ilmuwan dengan pemerintahnya sendiri.
Menggugah Pemikiran Penonton
Secara keseluruhan, lewat film Oppenheimer ini Christopher Nolan sukses membongkar sisi gelap dan paradoks dari karakter seorang J. Robert Oppenheimer. Ia digambarkan sebagai ilmuwan brilian sekaligus arogan, patriotik sekaligus rebel, penuh ambisi sekaligus dilanda dilema moral.Â
Karakter Oppenheimer yang penuh kontradiksi ini menggugah saya sebagai penonton untuk merenungkan hakikat ilmu pengetahuan dan tanggung jawab moral para ilmuwan atas hasil karyanya.
Ini adalah film yang wajib ditonton, bukan hanya karena hiburannya, tapi juga nilai-nilai moral dan pembelajaran sejarah yang bisa kita renungkan dari kisah kontroversial sang "Bapak Bom Atom" ini.
Selain menggambarkan karakter paradoks J. Robert Oppenheimer, film teranyar Christopher Nolan ini mengandung pembelajaran penting tentang cognitive bias yang kerap melanda manusia.
Confirmation Bias
Kita bisa melihat confirmation bias pada diri Oppenheimer, di mana ia cenderung mencari bukti yang mendukung keyakinannya bahwa atomic bomb akan mengakhiri perang secepatnya. Oppenheimer seolah menutup mata dari opini lain yang memperingatkan bahaya atomic bomb.
Pendulum Effect
Oppenheimer juga menunjukkan pendulum effect. Pada awalnya ia sangat antusias dengan atomic bomb project, tapi kemudian berubah 180 derajat menjadi penentang atomic bomb setelah melihat akibatnya di Jepang.
Projection Bias
Ketika Oppenheimer menuduh Edward Teller dan ilmuwan lain berkhianat dan membocorkan rahasia atomic bomb ke Soviet, ini menunjukkan projection bias. Ia memproyeksikan ketakutannya sendiri pada orang lain.