Mohon tunggu...
ndarikhaa
ndarikhaa Mohon Tunggu... Administrasi - menulis untuk bercerita

Peace Lover

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Life of Pi" : Seorang Remaja yang Melawan Batas Logika

22 Februari 2019   09:59 Diperbarui: 22 Februari 2019   10:25 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(adegan perayaan Diwali umat Hindu dari keyakinan Ibunda Pi)

Life of Pi merupakan film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama oleh Yann Martel yang terbit di tahun 2001. Hal unik dari film ini adalah, bagaimana cara penulis skenario, David Magee, menceritakan tokoh utama Piscine  Molitor Patel yang berkebangsaan India, membagikan kisah hidupnya yang tidak banyak diketahui orang kepada seorang penulis novel berkulit putih. Logika sederhana yang tepat. 

Sempat di awal menonton film, saya kemudian teringat hampir mirip dengan film Titanic dimana Rose sebagai satu-satunya penumpang yang selamat dari tragedi tenggelamnya kapal Titanic yang diwawancarai oleh berbagai media internasional. 

Sedangkan di film ini, penulis novel yang sedang mencari inspirasi tampak antusias menggali informasi dari seorang Piscine Moliter Patel dewasa, untuk menjadi bahan tulisannya dalam menulis novel.

Dikisahkan seorang bocah bernama Piscine  Molitor Patel (diperankan oleh Suraj Sharma). Sejak kecil, Piscine memiliki karakter yang kuat untuk mencari tahu kebenaran dan membuktikannya sendiri. Berangkat dari asal muasal namanya dimana Piscine  Molitor merupakan nama kolam renang terindah yang terdapat di Perancis, dan konyolnya ayah Pi menggunakan nama tersebut untuknya dan hanya ditambah nama keluarganya "Patel". 

Nama yang terdengar keren dari ejaan orang Perancis tersebut, ternyata memiliki masalah dalam pengucapan lafalnya. Pengucapan ejaan "Piscine" hampir sama dengan "Pissing", yang dalam bahasa Tamil artinya bau pesing atau bau toilet. Sejak saat masuk sekolah, akhirnya Piscine berusaha mengartikan namanya sendiri dengan sebutan Pi (simbol matematika dari jari-jari lingkaran "π").

(adegan perayaan Diwali umat Hindu dari keyakinan Ibunda Pi)
(adegan perayaan Diwali umat Hindu dari keyakinan Ibunda Pi)
Pi kecil yang selalu ingin tahu kebenaran, lagi-lagi memikirkan dan mencari kebenaran akan Tuhan. Dalam lingkungan tempat tinggalnya di India yang berbatasan dengan kampung Perancis, Pi tidak asing dengan agama Katolik. 

Dia seringkali mengunjungi gereja dan bertanya banyak hal dengan seorang pastor di gereja tersebut. Ibunya yang menganut Hindu pun mengajarkan Pi bagaimana dewa-dewa memberikan anugerah, dan mengajarkannya banyak tentang ibadah Umat Hindu. Di lain waktu, Pi banyak belajar dari muslim India dan merasakan keakraban dan kedamaian jika datang ke masjid dan melakukan shalat. Singkat cerita Pi kecil mempelajari tiga agama sekaligus.

Pada lain kesempatan, ayah Pi yang merupakan pebisnis kaya raya yang memiliki kebun binatang sendiri, memiliki hewan peliharaan baru, yakni harimau benggala. Pi yang sangat penasaran dan pernah melihat bagaimana penjaga kebun binatang memberikan makan harimau dengan sangat santai, berusaha ingin mencoba memberi makan harimau tersebut dari jarak dekat. 

Pi kecil yang memiliki keyakinan sendiri, merasa bahwa ia akan baik-baik saja, hingga saat harimau tersebut hampir memakan daging yang diberikan langsung dengan tangan kosong Pi, datanglah ayah yang mengejutkan harimau tersebut sehingga harimau tersebut kabur.

Ayah Pi yang selalu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kehidupan dan kebenaran, akhirnya memberikan penjelasan secara langsung. Pi, yang meskipun masih kecil diminta untuk menyaksikan bahwa harimau bukanlah kawan, mereka hanya binatang, yang naluri alaminya adalah pemangsa yang buas. 

Saat itu juga, Pi melihat bagaimana harimau benggala tersebut dengan buasnya menerkam seekor kancil lucu yang dimasukkan ke dalam kandang harimau sebagai makanan. Dari ayahnya lah Pi banyak memperoleh bekal kehidupnya kelak.

Hingga suatu hari, ketika Pi berusia 16 tahun, bisnis ayahnya sedang di ambang bangkrut, mereka harus menjual seluruh hewan peliharaannya dan pindah ke Kanada. Mereka memilih pindah menggunakan kapal pesiar karena membawa serta hewan-hewan yang akan dijual di Kanada. 

Persis seperti tebakan awal saya sejak pertama kali menonton, ternyata kapal yang ditumpangi Pi dan keluaga karam terkena badai. Saat menyelamatkan diri, keluarga Pi terkunci di dalam kamar. Pi berhasil dilempar oleh awak kapal ke dalam sekoci di tengah amukan badai.

Sayang, sekoci yang sedang diturunkan putus ketika ada seekor zebra yangtiba-tiba melompat ke atas sekoci yang dinaiki Pi. Dalam amukan badai, Pi melihat sesosok yang terombang-ambing di lautan, tanpa pikir panjang Pi melemparkan dayung dan pelampung agar dapat diraih sosok tersebut untuk dapat naik ke sekoci. Malang tak dapat ditolak. 

Sosok yang Pi tolong tidak lain adalah seekor harimau benggala, yang merupakan salah satu hewan peliharaan di kebun binatang ayah Pi. Sejak saat itulah kebersamaan Pi dengan Peter Parker, nama sang harimau bermula.

Harimau yang memang tidak memiliki rasa terima kasih, justeru menguasai sekoci Pi, dan siap menerkam Pi dan sang Zebra, namun kembali masuk ke bawah terpal sekoci yang tertutup. Setelah badai mereda, Pi melihat Orang Utan peliharaannya, bernama Orange Juice, mengambang di atas pisang. Orange juice pun tampak sedih karena kehilangan anaknya. 

Dan tanpa disangka selain harimau, dan zebra, ternyata ada satu binatang lagi di dalam kapal, yakni  seekor hiena. Tabiat hiena yang memburu dan aktif inilah yang pada akhirnya menerkam zebra dan si Orange Juice hingga tewas. Hingga akhirnya saat Pi sedang bertarung melawan hiena, tanpa disangka Peter Parker dalam sekejap menerkam hiena tersebut hingga tewas seketika.

Antara beruntung merasa terselamatkan dari serangan seekor hiena, kini Pi justeru tersadar bahwa ia dan harimau benggala tersebut adalah yang tersisa di atas sekoci sekarang. Sadar agar tidak menjadi santapan Peter Parker, Pi membuat rakit cadangan dari seluruh bahan yang ada di atas sekocinya. Beruntung, dalam sekoci yang ditumpanginya terdapat beberapa makanan darurat dan peralatan survival beserta panduannya.

Dari sinilah petualang Pi dan Peter Parker dimulai. Film berdurasi sepanjang 127 menit ini, yang bahkan 3/4 bagiannya merupakan adegan di atas laut, sangat amazing, tidak membosankan, dan bahkan menikmati tiap menit yang tersaji. Apalagi yang akan terjadi antara Pi dan harimau benggala kemudian? Justeru kita yang menonton akan dibuat penasaran akan kejutan-kejutan yang dihadirkan oleh sang sutradara Ang Lee. 

Sukses menyabet gelar dalam penghargaan bergengsi Piala Oscar sebagai sutradara terbaik dalam beberapa film yang cukup familiar seperti Crouching Tiger, Hidden Dragon(2000) dan Brokeback Mountain (2005), membuat Ang Lee tidak diragukan lagi mengemas Life of Pi dengan sangat apik.

Life of Pi yang perdana dirilis pada tanggal 28 September 2012 sukses mengantarkan film dengan peraih penghargaan terbanyak dalam ajang bergengsi bagi insan perfilman Academy Awards ke-85 Tahun 2013. Dengan memenangkan nominasi Best Achievement in Directing, Best Achievement in Cinematography, Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score, Best Achievement in Visual Effects Life of Pi menjadi film dengan nominasi sekaligus pemenang Piala Oscar terbanyak pada tahun tersebut (klik di sini untuk melihat puluhan penghargaan lainnya).

(adegan Pi berada di tengah lautan luas dengan jutaan plankton biru di malam hari)
(adegan Pi berada di tengah lautan luas dengan jutaan plankton biru di malam hari)
(adegan Peter Parker di Pulau Kanibal pada malam hari)
(adegan Peter Parker di Pulau Kanibal pada malam hari)
Animasi yang sangat halus, didukung dengan alunan musik yang menyihir penonton mampu membawa kita ke alam dunia Life of Pi tersendiri. Film ini memang bagus jika ditonton dalam versi 3D, namun menontonnya dengan 2D saja sudah sangat mencengangkan. 

Bagian terindah dari visualisasi dan animasi yang sangat sempurna menurut saya adalah saat Pi melihat plankton biru di tengah lautan dengan paus besar yang melintas di depannya, adegan Peter Parker di atas perahu yang dikelilingi pulau kanibal, dan adegan badai saat Pi bermonolog dengan Tuhan, meskipun masih banyak adegan lain yang tidak kalah menarik.

Life of Pi tidak hanya menyajikan gambar animasi yang mengagumkan, akan tetapi dialog di dalamnya kaya akan makna, pesan moral, dan keyakinan yang paling yakin pada diri seseorang atas pengalaman hidup yang telah dilalui oleh seorang Pi. Seperti dalam adegan dimana Pi yang telah terombang ambing ratusan hari di lautan, justeru mendapatkan bantuan dari Tuhan ketika dirinya sudah benar-benar berpasrah dan ikhlas atas apa yang telah dia usahakan selama terapung-apung di lautan luas.

(adegan saat Pi bermonolog dengan Tuhan)
(adegan saat Pi bermonolog dengan Tuhan)
Saya jadi teringat kisah Aldi, seorang remaja Indonesia berusia 18 tahun berasal dari Majene, pada pertengahan tahun 2018 lalu. Dimana Aldi yang bekerja sebagai penjaga tambak di atas rakit, yang tidak sadar jika tali rakitnya putus ketika dia tertidur di atas rakit. Ketika ia terbangun dia sudah berada di lautan lepas dan terombang ambing. 

Aldi hanyut hingga ke perairan Jepang selama 49 hari dimana selama itu ia bertahan dengan apapun yang ada di atas rakit, bertahan dengan memancing ikan di sekitarnya, sempat bertemu kawanan hiu. Kisah lengkapnya dapat klik di sini. 

Ya! Ternyata dalam Life of Pi kita menemukan adegan serupa yang memang dapat ditemui dalam kehidupan nyata. Pi yang terombang ambing selama 227 hari tersebut harus bertahan hidup memakan ikan walaupun dia seorang vegetarian. 

Pi yang terombang ambing dari lautan Filipina hingga akhirnya terdampar ditemukan di Teluk Meksiko dengan ditemani seekor harimau benggala, meskipun bukan definisi "teman" yang sesungguhnya. Pi yang belajar manaklukan harimau agar dapat bekerja sama dengannya. Hingga Pi yang terus berusaha berjuang dan yakin akan pertolongan Tuhan dalam setiap aktifitas survivalnya selama di laut lepas.

Film ini dapat ditonton semua umur, tentunya dengan pendampingan dari orang tua terlebih jika ditonton oleh anak kecil karena ada beberapa adegan berinteraksi dengan binatang buas. 

Dengan penilaian pribadi saya 8,5 dari 10, saya sangat merekomendasikan film ini ditonton jika Anda masih belum bersyukur dan dalam keadaan demotivasi. Sebab, film ini mampu membuat kita menyadari bagaimana caranya bersyukur kepada Tuhan dan bagaimana seharusnya kita tidak mudah menyerah. Sebab, apa yang akan terjadi maka terjadilah dengan mudah apabila Tuhan berkehendak, meskipun semua itu di luar batas nalar logika. Selamat menonton!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun