Dalam pertemuan ini, Conan telah yakin bahwa Dr. Ratih adalah pacar lama dr. Anung, setelah Dr. Ratih menceritakan semua masa lalu mereka. Informasi ini sangat relefan dan memperkuat data yang sudah dia peroleh sebelumnya. Hanya saja, dalam pembicaran tersebut. Dr. Ratih menyebutkan seseorang wanita lain yang bernama Putri. Dia juga adalah seorang penulis di media sosial Koplakiana. Menurutnya, wanita ini sempat bermasalah dengan dr. Anung.
Seharusnya dalam pertemuan dengan Dr. Ratih, Conan dapat bertanya apakah identitas yang dia lihat di laptop Dr. Ratih adalah memang dia. Namun untuk menjaga penyelidikanya, ia membiarkan Dr. Ratih bercerita apa saja tentang dr. Anung.
Dengan munculnya nama putri, conan mempunyai dua dugaan tentang Dewi Manis. Â Bisa saja Dr. Ratih sendiri atau Putri.
***
Hari itu Conan kembali lagi membuka laptopnya, dan membaca lagi beberapa catatan dari fakta-fakta yang telah berhasil dia kumpulkan.
"Kalau benar Dewi Manis pembunuhnya atau paling tidak orang yang mendesak dr. Anung membunuh Titin dan dirinya, dugaan kuat saat ini adalah Dr. Ratih. Karena dia adalah orang yang membuka tabir dr. Anung melalui media sosial, Koplakiana. Apalagi Dr. Ratih sangat kenal dengan pribadi dr. Anung. Tapi apakah senekad itu dr. Anung melakukan tindakan bodoh itu ? Ah.. ini pasti ada hal lain yang lebih besar !" Gumannya didalam hati.
Conan mencari recorder dari jaketnya dan kembali mendengar rekaman pembicaraanya bersama Sonny di Jakarta. Dia menjadi penasaran dengan gank Pena Pengukir Nasib (PPN).
Beberapa saat kemudian dia berpikir, "Kalau saja permasalahan itu sudah lama terjadi, semasa kuliahnya dr. Anung dahulu, mengapa si pelaku baru memulai aksinya saat ini ? Kelihatannya kurang relefan. Kalaupun ada, apa untungnya ? Yang dituliskan dr. Anung toh tidak mendeskritkan siapa-siapa. Dia hanya menulis beberapa pemberitaan yang berindikasi tidak benar alias bohong. Ah kelihatannya fakta ini kurang kuat kalau kematian dr. Anung dan Titin dihubungkan dengan gank ini"
Sambil mengisap sebatang rokok dalam-dalam, dan kemudian menghembuskan asapnya mengepul di ruang kerjanya. Conan berpikir keras. Ada satu kejanggalan dari semua fakta yang ia kumpulkan selama ini. Dia merasa hanya memfokuskan penyelidikan pada orang-orang yang tidak memiliki kemampuan secara fisik untuk melakukan tindakan pembunuhan. Kalau secara tekanan mental, dia berkesimpulan bahwa dr. Anung adalah orang yang tahan banting, karena perilaku di media sosial seperti ini sudah sering dilakukan dr. Anung.
"Hmm, apa mungkin ya.. ini permainan pengelola media sosial, blog keroyokan Koplakiana ? Â Jangan-jangan karena nama baik mereka, dr. Anung ditekan secara mental maupun fisik untuk menghilangkan dirinya. Hmm..bisa saja terjadi, media ini kan sudah memiliki nama besar. Ahh aku harus melakukan penyelidikan berikutnya yang mengarah pada pengelola media sosial ini" Pikirnya sambil membuat catatan dan rencana penyelidikan berikutnya
***