Mohon tunggu...
Putri Nur Indah Sari
Putri Nur Indah Sari Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa Kedokteran

Sangat tertarik dengan berbagai realita yang terjadi di lingkungan masyarakat. Menulis bukanlah hobi, ia menjadi salah satu cara memulihkan jiwa, dan menyembuhkan kebiasaan overthinking sepanjang hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Tak Gentar, PSBB Longgar?

18 Mei 2020   11:45 Diperbarui: 18 Mei 2020   11:48 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi situasi kerumunan orang yang tidak menerapkan physical distancing. (source : google.image dan diolah secara pribadi)

Sudah genap 2 bulan lebih masyarakat Indonesia berhadapan dengan wabah Covid-19, selama itu pula kita dihadapkan dengan situasi untuk menahan diri dari beraktivitas di luar rumah. 

Saat ini, masyarakat yang patuh akan anjuran pemerintah dan WHO seakan dihianati oleh mereka yang dengan entengnya melanggar aturan tersebut dengan berbagai macam dalih, mereka yang berkumpul di hari penutupan McD Sarinah, gerombolan penumpang di Bandara Soekarno Hatta, pernyataan selebgram yang mengatakan virus corona itu tidak seberapa, konspirasi drummer asal Bali yang penuh kontroversi, dan masih banyak lagi yang tidak terekspos di media.

Kesedihan ini ditambah dengan isu tentang wacana relaksasi PSBB oleh pemerintah. Benarkah sudah dilakukan?

Alasan pelaksanaan relaksasi PSBB harus mempertimbangkan kajian epidemiologis yang valid. Sementara, realitanya tes massal (RT-PCR) yang menargetkan 10.000 per hari itu saja belum tercapai, hanya bisa diambil sampel 90 orang perhari per 21 April 2020. 

Perbandingan ini jauh di bawah negara-negara lain di Asia. Korea Selatan telah melakukan tes virus corona pada 9.205 orang per sejuta penduduk. Begitu pula dengan Singapura, Taiwan, dan Malaysia yang rasio tesnya mencapai ribuan orang. 

Sehingga, data yang kita lihat saat ini itu bisa saja samar-samar. Indonesia berhadapan dengan pelaku kasat mata, dimana virus itu tidak punya jadwal, satu orang terinfeksi, dia bisa berpotensi menularkan ke siapa saja, tanpa ada angka pasti. 

Jika pemerintah mengklaim kurva penyebaran corona mulai turun berdasarkan analisa data yang tidak valid tersebut, bisakah kita berharap relaksasi PSBB bijak dilaksanakan dengan terburu-terburu?

Presiden Jokowi mengatakan “Kita harus memulai kehidupan tatanan baru, untuk bisa berdampingan dengan covid-19”. Pernyataan ini jangan sampai membenarkan perlakuan masyarakat yang meremehkan covid-19 dengan tetap beraktifitas diluar tanpa ada urgensi.

Rantai penyebaran virus ini tidak akan terputus, tidak akan benar-benar hilang jika kita salah memilih langkah, semoga kita tidak lengah, agar Indonesia segera pulih.

Video - Masyarakat Tak Gentar, PSBB Longgar?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun