Mohon tunggu...
Yusuf Hamim
Yusuf Hamim Mohon Tunggu... Abdi Negara -

Pokoke Nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anakmu, Anakku Juga

3 Mei 2017   06:50 Diperbarui: 3 Mei 2017   13:50 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Kalian, para wali murid tak mau tahu. Kalian gunakan pendekatan hukum untuk menghakimi kami. Pada Juli 2010, Rahman, seorang guru di sebuah SD di Banyuwangi, Jawa Timur, harus berurusan dengan pengadilan setelah memukul anak didiknya menggunakan penggaris. Maret 2012, Aop Saopudin, seorang guru honorer SDN Penjalin Kidul V, Majalengka, Jawa Barat harus berurusan dengan hukum hanya gara-gara mencukur rambut murid didiknya. Agustus 2015 Nurmayani Guru biologi SMPN 1 Bantaeng, Sulawesi Selatan, dipenjara karena mencubit murid didiknya bernama Tiara dan Virgin ketika memanggil dua orang siswinya tersebut ke ruangan Bimbingan Konseling karena bermain air sisa pel lantai. Februari 2016, Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Bantaeng, Muhammad Arsal masuk ke jeruji besi.

       Kami tahu dan mencoba menyadari, mungkin itu bagian dari ekspektasi kalian kepada guru-guru seperti kami. Namun itu tidak adil bagi kami, tidakkah kalian juga oarang tua bagi putra-putrimu sama seperti kami yang juga mempunyai tugas yang sama menjaga dan membimbing generasi penerus bangsa ini.

       Mohon pahamilah kami. Sebagai guru, kami memang sudah dibayar dengan harga yang mahal, kecuali bagi kami yang berstatus wiyata bakti, sukarelawan demi majunya bangsa ini dan menyambung usia dan menghidupi keluarga kami, anak-anak kami yang juga penerus bangsa ini.

             Namun pekerjaan kami bukanlah pekerjaan yang ringan. Kami harus jadi orang tua bagi puluhan, hingga ratusan anak. Mata kami harus terus mengawasi segala kegiatan putra-putrimu, telinga kami harus waspada setiap saat. Bahkan setiap huruf-huruf yang kami ajarkan kepada putra-putri kalian pastilah meminta pertanggung jawaban kepada kami kelak di akhir masa, jika itu semua jadi tak berguna di lisan dan tulisan putra-putrimu yang juga putra-putri kamu juga.

       Jadi, wahai orang tua murid, kami juga orang tua bagi anak-anakmu. Jadilah bijaksana dengan tidak tergesa-gesa menghakimi kesalahan kami. Catat, putra-putrimu adalah putra-putri kami juga. Keinginanmu sama dengan keinginan kami juga, harapanmu sama dengan harapan kami juga. Impianmu sama dengan harapan kami juga.

       Maka, di Hari Pendidikan Nasional kali ini sambutlah tangan kami, kita menyatu sejiwa dalam mencapai kedamaian pendidikan negeri ini. Biarkan anak-anak terlebih-lebih kita bisa benar-benar “ngerti, ngrasa lan nglakoni” petuah-petuah para pencetus dan peletak dasar pendidikan bangsa ini.

      Bukankah kita, wali murid dan guru juga pernah bersama-sama menjadi murid seorang guru 

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017

_Pokoke Nulis_

Malang, 2 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun