Wilayah perkotaan seperti Jakarta dan Surabaya yang sangat berkembang pesat dengan pembangunan infrastruktur yang kompleks seperti jaringan jalan, fasilitas umum dan fasilitas sosia; menjadikan pertumbuhan ekonomi kota Surabaya meningkat dari wilayah lain disekitarnya. Berbeda dengan di wilayah pedesaan yang pembangunan infrastruktur publik berjalan lambat sehingga perekonomian di desapun berjalan lambat. Secara sumber daya manusia pun berbeda,dengan pembangunan infrastruktur yang pesat kualitas SDM kotajauh melebihi SDM di desa. Akibatnya para penduduk desa tertarik dengan perekonomian kota dan berbondong-bondong pindah ke kota yang biasa kita kenal dengan urbanisasi.
Meskipun pertumbuhan wilayah perkotaan signifikan tetapi tidak semua penduduk kota bisa menikmati hasil pembangunan tersebut. Contohnya adalah masalah hunian. Masih banyak kita jumpai penduduk yang tinggal di permukiman kumuh dan permukiman liar di kawasansempadansungai.Individu yang mendiamidaerah-daerahtersebutsemakin lama semakin banyak dan menjadi permasalahan lingkungan perkotaan yang sulit diselesaikan.Masalah penduduk tersebut cenderung dianggap sebagai beban pembangunan sehingga sering dijumpai penyelesaian yang tidak memperhitungkan aspek kemanusiaan. Hal ini semakin menguatkan anggapan bahwa banyak penduduk merupakan beban pembangunan suatu wilayah.
Di lain pihak, kita juga diuntungkan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Dengan pertumbuhan penduduk yang besar maka stok SDM lokal semakin banyak. Hal ini tentu akan menjadi potensi tersendiri bagi proses pembangunanjika diimbangi dengan kualitas penduduk yang berdaya saing.
Pembangunan yang dilakukan pemerintah ditujukan untuk kemakmuran masyarakat yang berarti posisi penduduk dalam hal ini adalah sebagai obyek pembangunan yang menikmati hasil pembangunan tersebut. Pada sisi lain, penduduk juga dapat dipotensikan sebagai penggerak pembangunan yang berarti peran penduduk sebagai subyek pembangunan yang tidak hanya menikmati tetapi juga berperan aktif. Oleh karena itu, penduduk dalam pembangunan suatu wilayah berada pada posisi sentral. Meskipun demikian peran yang kedua tersebut rasanya sulit dilakukan jika pembangunan yang ada lebih menonjolkan pembangunan ekonomi. Tidak bisa kita pungkiri bahwa dengan pembangunan yang menekankan pada infrastruktur fisik memang berdampak pada kemajuan ekonomi wilayah tetapi jika kemampuan SDM lokal tidak seimbang, maka pembangunan tersebut juga akan terhambat.
Salah satu alternatif agar potensi penduduk dapat berperan aktif dalam proses pembangunan suatu wilayah adalah dengan pembangunan berwawasan kependudukan. Pembangunan berwawasan kependudukan berarti pembangunan yang dilakukan disesuaikan dengan potensi penduduk lokal dan yang lebih penting lagi adalah pembangunan yang ada diarahkan pada pemberdayaan dan pembinaan penduduk sehingga proses pembangunan dapat dipercepat dengan SDM lokal. Selain itu, pada proses pembangunan baik pada tataran perencanaan sampai tahap pembangunan melibatkan partisipasi masyarakat.
Dengan menekankan pada pembangunan lokal, perencanaan pembangunan berasal dari bawah (bottom up) yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal. Pendekatan bottom-up juga berupaya mengoptimalkan penyebaran sumberdaya yang dimiliki dan potensial ke seluruh wilayah dan membangun sesuai dengan potensi dan masalah yang dihadapi oleh daerah masing-masing.Yang harus ditekankan adalahmelibatkan masyarakat dalam proses perencanaan. Dengan demikian penduduk lokal bisa menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil pembangunan. Ini berarti, bahwa pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan sebagai titik sentral pembangunan, daripada pembangunan ekonomi yang hanya memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi wilayah.
By Achmad Ghozali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H