Mohon tunggu...
Novanca Nafista
Novanca Nafista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

hulla!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meski Gelap Duniaku

18 Mei 2022   00:19 Diperbarui: 8 Desember 2023   10:11 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Salshabilla Reinina, akrabnya disapa Nina. Usiaku tahun ini menginjak 18 tahun, terasa ya? Jejak kaki kita ternyata sudah banyak. Tahun ini langkahku pasti akan bertambah, kuharap caraku berpikir dan memandang dunia pun semakin luas lagi.

Berita kelulusan sekolah sudah sampai di telingaku, langkahku selanjutnya adalah berjuang untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Aku Nina, yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi dan kuharap negeri. Sabila Reinissa adalah kembaranku, ia lahir selang 5 menit setelahku, ia akrab dipanggil Nissa. Kami berdua sama-sama sedang berjuang agar bisa lolos seleksi ke perguruan tinggi yang kami inginkan, tentunya dengan jurusan yang sesuai dengan minat kami masing-masing.

Aku dan Nissa meskipun kembar, bukan berarti kami memiliki minat dan bakat yang sama, Nissa si bawel itu memiliki kemampuan memasak yang menakjubkan, sama seperti Ibu kami. Nissa lulusan SMK Jurusan Tata Boga, sedangkan aku selayaknya anak SMA biasanya, yang masih sibuk mencari passion diri menjelang ujian akhir sekolah. Berbeda dengan Nissa sudah lebih dulu kembangkan minat dan bakatnya sesuai dengan passion yang ia sukai.

Aku? Satu-satunya mata pelajaran yang kusukai adalah pelajaran Bahasa Indonesia.
Tapi… Kurasa bukan berarti itu passionku? Semua orang di Indonesia juga mungkin menyukainya, itu bahasa Nasional bukan?

“Bu?” Panggilku
.
“Iya Mbak Nin?” Jawab Ibu.
Hening, aku hanya diam tak balas sahutan Ibuku.

Kudengar Ibu menghela napas, “Mbak Nina ada yang lagi dipikirkan?” tanya Ibu menyahut kembali.

“Ada...”

Nina terdiam.

“Ibu tunggu Mbak Nin bicara loh dari tadi…”

Aku masih diam, seraya menggaruk kepala yang tak gatal, “Bu passionku apa ya? Nissa pasti jelas akan lanjutkan kuliah tata boga sama seperti Ibu dulu. Sedangkan aku? Bahkan aku tidak tahu kesukaanku apa? Tapi aku mau kuliah Bu, aku suka meski mungkin akan lebih berat tantangannya?”

Ibu menggenggam tanganku, seraya mengusapnya perlahan, “Iya, Mbak Nissa sudah tahu passionnya apa. Sama seperti Ibu dulu, yang Ibu lihat dari Mbak Nissa adalah ketulusannya, ketelatenannya dan kesabarannya mencoba berkali-kali masak sesuatu meski berkali-kali gagal ketika awal belajar masak,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun