Mohon tunggu...
Nur BarokatulRizki
Nur BarokatulRizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Halo semuanya. Assalamualaikum

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kenali Overthinking dan Cara Mengatasinya!

30 September 2021   14:16 Diperbarui: 30 September 2021   14:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama: Nur Barokatul Rizki Rusmawati

Nim: 202110230311068

Sering mengalami overthinking? Hati-hati, ini dapat mengganggu kualitas hidup kamu jika tidak segera diatasi. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Yuk simak ulasan berikut ini.

Pengertian Overthinking

Overthinking adalah pikiran yang berlebihan terhadap sesuatu. Menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal yang berupa ruminasi dan khawatir. Biasanya orang yang overthinking terlalu banyak merenungkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. 

Hal ini bisa membuat seseorang menjadi frustasi dan tertekan. Tentu banyak sekali yang menjadi faktor overthinking, antaralain karena masalah hubungan, keluarga, pekerjaan, tekanan, dll.

Sering kali kita tidak menyadari bahwa sedang mengalami overthinking. Lalu bagaimana tanda bahwa kita sedang overthinking? Berikut tanda-tanda bahwa kamu sedang overthinking:

  • Tidak berhenti khawatir.
  • Selalu hati-hati dan merasa was-was tentang hal yang di luar kendali
  • Selalu mengingat kesalahan yang sudah lewat.
  • Terlalu banyak berandai-andai
  • Mengalami kesulitan tidur
  • Terlalu banyak menghabiskan waktu memikirkan perkataan orang lain.

Itulah beberapa tanda-tanda overthinking yang perlu kita waspadai. Ini bisa terjadi pada siapa saja dari segala usia. Sehingga bisa menjadi hambatan untuk melakukan rutinitas sehari-hari dan mengganggu kesehatan. Untuk mengubah kebiasaan overthinking perlu kemauan dan tekad yang kuat.

Cara Mengatasinya

Ada beberapa cara mengatasi overthinking yang bisa kita lakukan. mari simak ulasan berikut.

  • Mengetahui pemicu atau penyebabnya. Mungkin ada pemikiran atau masalah tertentu yang lebih cenderung menjadi pemicu overthinking. Contohnya, menumpuknya tugas sekolah yang harus di selesaikan dalam waktu bersamaan yang akhirnya menjadi pemikiran berlebihan.
  • Fokus mencari solusi dan keputusan. Fokus pada solusi untuk menyelesaikan masalah. Penting untuk mengatur solusi, bukan pada masalah yang sedang dihadapi. Contohnya, mengerjakan tugas yang bisa kamu selesaikan terlebih dahulu, menyicil tugas yang diberikan dari jauh-jauh hari.
  • Mengistirahatkan pikiran/ rileks. Jangan paksakan diri untuk menyelesaikan masalah dalam waktu yang singkat. Karena dapat berpengaruh pada kesehatan kamu.
  • Berdiskusi dengan orang-orang dekat. Meminta bantuan pada teman atau keluarga jika kamu mengalami kesulitan. Hal ini dapat membantu kamu menyelesaikan masalah yang tidak bisa kamu atasi sendiri.
  • Evaluasi diri. Tanyakan pada diri sendiri pelajaran apa yang dapat diambil dari kesalahan yang terjadi agar tidak terulang lagi di masa depan.  Sehingga kamu bisa menghindari kesalahan tersebut.

yang terpenting bagi kita adalah menyadari bahwa kita dapat memiliki kendali atas pikiran kita sendiri. Ketika kita mampu berfikir positif maka akan muncul pemikiran yang positif. Dengan hal ini kita bisa menghindari adanya rasa kecemasan yang berlebihan sehingga berdampak buruk untuk diri sendiri.

Ketika kamu tidak mampu mengatasinya, kamu bisa datang ke psikolog untuk mencari solusi dan jalan keluar dari masalahmu. Jaga kesehatan diri dengan menjaga kesehatan mental. Peduli dengan diri sendiri dan mulailah mengapresiasi diri saat mampu menyelesaikan masalah. karena perilaku positif akan mendapatkan respons yang baik.

daftar pustaka:

Wida, R. (2020). You Are Overthinking: Pada Dasarnya semua Akan Baik-Baik Saja. Anak Hebat Indonesia.

Theodorus Alkino Rifaldo Sebo, Daniel Joy Gratia, Yulietha Megarina, Freeska Anjelly Lopuha, & Lara. (2020). Pandangan Masyarakat terhadap Overthinking dan Relasinya dengan Teori Rational Emotive Brief Therapy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun