Menurut salah satu peserta yang bernama Zilzia Fahreza yang merupakan perwakilan dari HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) "Tentunya sangat senang sekali, karena kita disini selain daripada mengikuti kegiatan yang isinya materi yang sangat luar biasa, kita juga difasilitasi terhdap semua hal yang ada disini, sehingga kita jugamengikutinya dengan senang hati dan sangat disayangkan bila ditinggalkan oleh teman-teman yang lain karena memang ini acara yang sangat bermanfaat dan tentunya kegiatan ini saya diharap menjadi kegiatan yang rutin, karena memang harus banyak pengkaderan yang memang fungsinya untuk pengawasan partisipasi". Tuturnya pada wawancara dengan Tim Divisi Humas BAWASLU.
Adapun menurut penuturan peserta lain yang bernama Tiara "Masyaallah, sangat seru sekali selama tiga hari ini dan Alhamdulillah diberikan pemahaman materi yang cukup luas juga jadi bisa sebagai bekal juga buat nantinya kalo misalkan ada diajak buat perihal politik terus juga pemateri nya Masyaallah luar biasa dan kalau misalkan ditanya lagi mau ikut dua kali kamu mau nggak, jelas mau banget ya apalagi kita generasi mudayang tentunya butuh banget asupan dan akar-akar yang nantinya bisa bertumbuh menjadi daun-daun yang mekar gitu dan saya berharap bagi siapapun itu mau itu dari peserta ataupun panitia yang mengikuti kegiatan P2P ini nantinya bisa bertumbuh lebih baik lagi sesuai dengan yang diharapkan, karena kami sebagai generasi muda yang bisa membawa perubahan". Ujarnya sembari menutup sesi wawancara bersama Tim Divisi Humas BAWASLU.
Salah satu manfaat utama dari program Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P) adalah penguatan kapasitas pengawas pemilu. Dalam pelatihan ini, peserta mendapatkan materi yang komprehensif mengenai berbagai aspek pengawasan, termasuk pelanggaran yang sering terjadi, netralitas ASN, dan mekanisme pelaporan.Â
Menurut data BAWASLU, sekitar 60% pelanggaran pemilu yang terjadi disebabkan oleh kurangnya pemahaman pengawas mengenai tugas dan tanggung jawab mereka (BAWASLU, 2021). Dengan mengikuti program P2P, peserta diharapkan dapat mengurangi angka tersebut secara signifikan.
Kegiatan ini juga mencakup simulasi dan studi kasus yang memungkinkan peserta untuk berlatih menghadapi situasi nyata.Â
Sebagai contoh, dalam salah satu sesi pelatihan, peserta dibagi ke dalam kelompok dan diminta untuk menganalisis kasus pelanggaran yang terjadi pada Pilkada sebelumnya
. Melalui diskusi kelompok, peserta dapat merumuskan strategi yang efektif untuk mencegah pelanggaran serupa di masa mendatang. Metode pembelajaran ini terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta (Sari, 2022).
Selain itu, program ini juga mengajarkan pentingnya kerja sama tim dan kepemimpinan dalam pengawasan pemilu. Peserta dilatih untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, peserta belajar untuk saling mendukung dan berbagi pengetahuan, yang pada gilirannya akan memperkuat jaringan pengawas di Tasikmalaya.
Penguatan kapasitas pengawas juga mencakup pemahaman tentang teknologi informasi yang dapat digunakan dalam proses pengawasan. Dalam era digital, penggunaan aplikasi dan platform online untuk melaporkan pelanggaran semakin penting. Peserta diajarkan cara menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan, sehingga dapat merespons pelanggaran secara cepat dan tepat (Prasetyo, 2023).
Dengan penguatan kapasitas ini, diharapkan pengawas pemilu di Tasikmalaya dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih baik, sehingga dapat menciptakan lingkungan pemilu yang lebih bersih dan transparan. Hal ini akan berdampak positif tidak hanya pada Pilkada 2024, tetapi juga pada pemilu di masa depan.Â
Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P) juga berperan penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu. Partisipasi masyarakat adalah kunci untuk menciptakan pemilu yang demokratis dan akuntabel.Â