Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia, daerah dengan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang lebih besar terhadap hasil pemilu (LSI, 2022). Dengan melibatkan masyarakat dalam program P2P, diharapkan mereka akan lebih aktif dalam mengawasi jalannya pemilu.
Dalam program ini, peserta tidak hanya belajar tentang pengawasan, tetapi juga tentang pentingnya peran mereka sebagai warga negara. Mereka diajarkan untuk tidak hanya menjadi pengawas, tetapi juga sebagai agen perubahan yang dapat mendorong orang lain untuk berpartisipasi dalam pengawasan pemilu.Â
Misalnya, peserta dapat membagikan informasi yang mereka peroleh kepada teman dan keluarga, sehingga menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya pengawasan pemilu.
Selain itu, program ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk berinteraksi langsung dengan para pemangku kepentingan, seperti BAWASLU dan KPU. Melalui dialog ini, peserta dapat menyampaikan aspirasi dan harapan mereka terkait penyelenggaraan pemilu. Keterlibatan ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan peserta, tetapi juga memberikan mereka rasa memiliki terhadap proses demokrasi (Yusuf, 2023).
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu juga dapat dilihat dari jumlah laporan pelanggaran yang diterima oleh BAWASLU setelah program P2P dilaksanakan. Pada Pilkada sebelumnya, terdapat peningkatan 30% dalam jumlah laporan pelanggaran yang diterima dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (BAWASLU, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan peran mereka dalam menjaga integritas pemilu.
Dengan demikian, melalui pendidikan yang diberikan dalam program P2P, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi pengawas yang aktif, tetapi juga menjadi pendorong perubahan sosial yang positif dalam konteks pemilu di Tasikmalaya. Dampak dari Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P) terhadap kualitas pemilu tidak bisa diabaikan.Â
Dengan penguatan kapasitas pengawas dan peningkatan partisipasi masyarakat, kualitas pemilu di Tasikmalaya diharapkan dapat meningkat secara signifikan. Kualitas pemilu yang tinggi mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi dan hasil pemilu itu sendiri. Menurut data dari KPU, daerah dengan pengawasan yang baik cenderung memiliki tingkat partisipasi pemilih yang lebih tinggi (KPU, 2021).
Salah satu indikator kualitas pemilu adalah jumlah pelanggaran yang terjadi selama proses pemilu. Dengan adanya program P2P, diharapkan jumlah pelanggaran yang terjadi dapat berkurang.Â
Sebagai contoh, pada Pilkada sebelumnya, daerah yang melibatkan lebih banyak pengawas partisipatif mengalami penurunan pelanggaran hingga 25% dibandingkan dengan daerah yang tidak melibatkan pengawas (BAWASLU, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang baik dapat berkontribusi pada terciptanya pemilu yang lebih bersih.
Selain itu, program P2P juga berkontribusi pada transparansi pemilu. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan, setiap langkah dalam penyelenggaraan pemilu dapat diawasi dan dilaporkan secara langsung. Hal ini tidak hanya meningkatkan akuntabilitas penyelenggara pemilu, tetapi juga memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa pemilu berlangsung secara adil dan transparan (Prasetyo, 2023).
Dampak positif lainnya dari program P2P adalah peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka sebagai pemilih. Melalui pendidikan ini, masyarakat tidak hanya diajarkan tentang pengawasan, tetapi juga tentang pentingnya memilih secara bijak. Kesadaran ini sangat penting untuk menciptakan pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pemilu secara keseluruhan (Sari, 2022).