Mohon tunggu...
Siti NazwaSyairillah
Siti NazwaSyairillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ibu Rumah Tangga/Mahasiswa

Pelukis Aksara, Penulis Segala

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

La Nina (1)

17 November 2023   20:20 Diperbarui: 17 November 2023   20:44 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naiji, nama yang katanya diambil dari bahasa Jepang Niji  yang berarti pelangi. Bagiku, nama Naiji adalah gambaran alur kehidupannya. Ia adalah gadis yang ceria, bahagia, dan semua keterjadian yang ada di dalam hidupnya adalah deretan warna-warni pelangi yang indah.

Naiji adalah anak kedua sekaligus anak bungsu. Wajahnya tipikal blasteran China-Indonesia. Wajahnya bulat dengan kulit putih bersih. Kedua mata sipitnya tampak indah dan tajam.  Bibir bagian atasnya tipis sedangkan bibir bagian bawahnya tebal. Hidungnya tegas dan tampak indah. Bagiku, Naiji adalah lukisan Tuhan yang sempurna. 

Selain memiliki wajah yang indah, Naiji juga memiliki proporsi badan yang ideal. Di kelas, ia selalu menjadi juara satu dan aku selalu berada satu angka di bawahnya. Ia dikenal sebagai gadis yang baik dan shalihah. Banyak laki-laki yang mengaguminya. Bahkan ku dengar guru Geografi yang masih lajang pun belakangan sedang berusaha mendekatinya. 

Jika Naiji positif, maka aku adalah negatif. Jika Naiji adalah sebuah kelebihan, maka aku adalah sebuah kekurangan. Dan jika Naiji adalah suatu keberuntungan, maka aku hanyalah sebuah kesialan. Singkatnya, Naiji adalah antonim dari diriku. Meskipun dengan segala perbedaan yang kami miliki, nyatanya kami masih tetap bisa berteman baik.

Selesai menyantap makan siangnya Naiji kemudian bangkit untuk menyerahkan mangkuk kotor kepada ibu kantin. Tiba-tiba, seorang anak laki-laki seusiaku datang dan tanpa basa-basi menyimpan sebuah lipatan kertas di hadapanku. 

"Buat Naiji." Bisiknya pelan. Ia kemudian melangkah pergi meninggalkanku. 

Aku menghela napas berat. Bosan rasanya selalu menjadi "tukang pos" bagi para laki-laki yang mengagumi Naiji. Minggu ini sudah ada tiga laki-laki berbeda yang menitipkan surat semacam ini kepadaku. Dan semua surat itu diarahkan untuk Naiji. 

Naiji kembali setelah menyelesaikan urusannya dengan ibu kantin. Pandangan matanya seketika terarah kepada lipatan kertas yang sama sekali belum ku sentuh. 

"Apa nih?" tanya Naiji seolah tak tahu lipatan kertas apa itu. Padahal aku sangat yakin kalau dia pasti sadar bahwa jika ada lipatan kertas semacam itu di dekatku, sudah pasti itu adalah surat cinta untuknya. 

Naiji membuka lipatan kertas itu lalu membaca isinya. Berbeda dari biasanya, keningnya seketika mengerut saat membaca isi surat itu. Biasanya setelah membaca surat, ia akan segera meremasnya dan membuangnya ke tempat sampah. Namun kali ini berbeda, Ia justru malah menyimpan surat itu di dalam saku seragamnya. 

Metode surat menyurat seperti ini memang masih lazim dilakukan di lingkungan kami. Sebab di asrama ini, kami tidak dibekali gadget sama sekali. Di sekolah kami memang bisa bertemu dengan teman-teman lelaki. Namun interaksi kami tetap dibatasi dan diawasi. Setelah pulang dari sekolah kami dipisahkan di dua lingkungan yang berbeda dengan jarak yang cukup jauh. Karenanya, jika ada yang mengagumi lawan jenis, maka metode surat menyurat secara rahasia ini sering digunakan supaya bisa tetap aman berkomunikasi dengan pujaan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun