Studi praklinis dan klinis telah menunjukkan adanya perubahan fungsi memori setelah stres traumatis. Studi pada manusia dan hewan laboratorium menunjukkan bahwa stres berat dapat merusak fungsi di hipokampus dan terkadang dapat menyebabkan penyusutan. (Kim, Pellman, & Kim, 2015). Penyusutan  hipokampus ini berhubungan langsung dengan gangguan memori yang sering terlihat pada individu dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD).Â
Penelitian yang dilakukan oleh Gilbertson et al. (2002), menunjukkan bahwa individu dengan PTSD cenderung memiliki hipokampus yang lebih kecil dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami trauma, hal ini memiliki kontribusi pada gangguan memori dan kesulitan dalam mengingat kejadian sehari-hari.
 Oleh karena itu, kerusakan hipokampus akibat trauma tidak hanya mempengaruhi ingatan tentang peristiwa traumatis, tetapi juga dapat mempengaruhi berbagai aspek fungsi memori yang lebih umum dalam kehidupan sehari-hari.Â
Amigdala: Pemberi Emosi pada Memori Kita
Apakah teman-teman menyadari saat kita mengalami peristiwa traumatis, kita malah terus teringat akan kejadian tersebut? Hal ini merupakan peran dari salah satu struktur otak, yaitu amigdala.
Amigdala adalah bagian otak yang berfungsi dalam mengatur emosi dan ingatan yang berhubungan dengan rasa takut dan bahagia. Bagian otak ini berbentuk seperti kacang almond dan letaknya jauh di dalam lobus temporal, yaitu bagian dari korteks serebral yang berada di tengah otak. Bersama dengan hipokampus, amigdala juga merupakan bagian dari sistem limbik. Amigdala berfungsi untuk memberikan emosi pada sebuah memori sehingga kenangan tersebut dapat tersimpan lama.Â
Semakin emosional suatu memori, semakin besar juga kemungkinan memori tersebut akan terus diingat. Ketika kita mengalami kejadian traumatis, amigdala terlibat dalam merespons emosi yang kuat, seperti ketakutan atau kecemasan. Ia berfungsi untuk memberikan "label emosional" pada peristiwa tersebut sehingga kenangan menjadi lebih kuat dan lebih sering diingat.Â
Amigdala menyimpan kenangan baik, maupun kenangan buruk. Dalam kasus trauma, peran amigdala bisa menjadi sangat rumit. Kenangan traumatis bisa bersifat sangat emosional sehingga amigdala bisa menyimpan memori tersebut dengan kuat dan menjadikannya menjadi susah untuk dilupakan. Hal ini menyebabkan individu yang mengalami trauma seringkali terjebak dalam kenangan tersebut.
 Individu tersebut bisa terus mengingat kejadian tersebut berulang kali, bahkan ia dapat mengalami kilas balik atau flashback yang mengganggu. Pada kondisi inilah, amigdala malah menjadi faktor yang memperburuk keadaan emosional seseorang. Jadi, meskipun amigdala sangat penting dalam membantu kita mengingat hal-hal yang emosional, ia juga dapat bersifat merugikan karena membuat kita merasa kesulitan dalam mengatasi trauma itu sendiri.Â
Nah, sekarang jadi mengerti kan bagaimana trauma dapat mempengaruhi memori kita? Walaupun trauma dapat merusak hipokampus yang merupakan "mesin" dalam pembentukan memori jangka panjang kita, tetapi memori kita terhadap peristiwa traumatis tersebut tidak melemah, bahkan ia dapat terus menguat akibat hasil kerja dari amigdala.Â
Amigdala si pemberi "label emosional" pada memori, membuat kejadian traumatis lebih kuat dan sulit dilupakan. Dengan demikian, baik hipokampus maupun amigdala keduanya berperan besar dalam proses memori kita.Â